Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen serat selulosa, Lenzing Group memperkenalkan LENZING™, brand serat khusus untuk segmen industrial yang berasal dari bahan alami alias non kimiawi.
Serat jenis ini mencakup berbagai aplikasi industri mulai dari sektor pertanian hingga sektor produk rekayasa (engineered products), sektor packaging hingga pakaian pelindung dan workwear.
Lebih jauh lagi, perseroan berencana memposisikan serat tersebut untuk sektor bisnis Biorefinery. “Kami menggunakan strategi branding terbaru guna meringkas dan melindungi deretan merek dagang kami serta memperkecil inkonsistensi & meminimalkan inefisiensi," ungkap Robert van de Kerkhof, Chief Commercial Officer Lenzing Group dalam rilis media yang diterima Kontan.co.id, Rabu (4/7).
Dalam beberapa tahun terakhir, perseroan memperhatikan tren yang kian berkembang di antara mitra industrinya, yaitu mereka tengah mendorong keberlanjutan (sustainability) dengan meningkatkan penggunaan bahan baku terbarukan.
Adapun sebelumnya perseroan telah meluncurkan brand TENCEL™, merek dari Lenzing untuk pakaian jadi dan perlengkapan rumah, kemudian peluncuran VEOCEL™, brand baru Lenzing khusus untuk industri nonwoven.
Sejauh ini, peluncuran brand khusus untuk segmen industrial, LENZING™, mencakup sektor tekstil, nonwoven, dan aplikasi industrial. Ditambah dengan program komunikasi yang terarah, arsitektur brand baru ini akan mendukung perseroan meningkatkan kejelasan, membangkitkan kesadaran, dan memperkuat eksposur di berbagai sektor industri.
Sekadar informasi, Lenzing telah berbisnis serat selulosa di Indonesia. Perusahaan itu memiliki 11,92% saham PT South Pacific Viscose yang berdiri tahun 1982.
Produksi serat selulosa Lenzing juga sudah berlangsung di Purwakarta, Jawa Barat. Kapasitas produksi terpasang pabrik tersebut sebesar 325.000 ton per tahun. Saat ini, utilitasnya hampir full kapasitas atau penuh.
Pabrik Purwakarta beroperasi dengan lima lini produksi dan 2.000 pekerja. Lenzing terakhir kali membenamkan investasi pada tahun 2011 silam, dengan nilai mencapai US$ 130 juta.
Lenzing memasarkan 65% produksi pabrik Purwakarta ke perusahaan tekstil dan garmen di Indonesia. Sedangkan sekitar 35% nya itu untuk sektor non woven, yang mayoritas di ekspor ke Jepang.
Menilik laporan keuangan Lenzing Group, sampai tahun 2017 SPV mencatat penjualan bersih senilai € 499,9 juta, tumbuh 1,2% dibandingkan penjualan bersih tahun sebelumnya sebesar € 493,9 juta. Laba bersih SPV tercatat negatif 9,6% year on year menjadi € 26,36 sepanjang 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News