Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
Mengusung tiga pilar yaitu Edukasi, Pemberdayaan dan Ekosistem, Dodi menjelaskan Warmax hanya menetapkan margin 1,3% sampai 1,4% saja.
Keunggulan Warmax selain margin yang kecil ialah, produk yang ada di platformnya merupakan direct langsung dari supplier.
Saat ini ada sekitar 6 supplier PPOB atau Payment Point Online Bank untuk produk digital dan 10 supplier komoditi tradisional serta Goro. Untuk mitra Perbankan saat ini Warmax sudah berkerjasama dengan Bank Bukopin.
Ditargetkan 2020 Warmax mampu gandeng 10.000 warung dengan tambahan wilayah di Banten dan Bandung. Alasan Dodi belum ingin agresif dalam melebarkan sayap selain ingin memaksimalkan Warmax, ia juga menyebut perlu adanya cost tambahan untuk tim marketing yang bertugas mendatangi Warung.
"Pemberdayaan dan Edukasi kita pegang jadi belum bisa secara meluas cepat ekspansi. Kan tim kita datang survey, edukasi warung. Ada yang hampir tiap hari keliling di cakupan wilayah dia edukasi. Tapi sekarang karena sudah sama Goro jadi ekspansi akan ikut Goro juga," jelasnya.
Adapun keunggulan lainnya ialah Warmax tak hanya bantu warung notabennya juga UMKM, namun juga produsen skala UMKM. Dodi menceritakan Warmax misalnya memiliki produk UMKM seperti Kopi lokal asal Bogor yang dibantu dipasarkan melalui Warmax ke warung mitranya.
Tak hanya itu, Maret atau April 2020 nanti Warmax akan menghadirkan satu layanan baru dari produk minyak goreng. Dodi menyebut akan ada produk minyak goreng lokal di Jambi yang akan dibantu dalam pemasaran.
"Jadi nanti akan ada dispenser dengan isi minyak goreng dan ada brand UMKM minyak goreng di Jambi, yang beli akan pakai jerigen jadi kita juga kurangi sampah plastik dengan pembelian minyak goreng dengan jerigen," terang Dodi.
Dengan begitu Warmax bercita-cita warung dan produsen UMKM dapat tumbuh bersama, dengan membuka akses ke pasar. Warmax juga membuka kesempatan bagi warung untuk dapatkan pendanaan.
Namun untuk Warmax sendiri Dodi menyebut keseluruhan masih gunakan investasi pribadi, sayang Ia tak menyebut besarannya.
"Saya punya mimpi ada ekosistem baru namanya Harum, buat end customer, kalau pegang kartu Indonesia sejahtera dan lainnya tinggal register. Namun, Harum masih dimatangkan, jadi nunggu warung banyak, baru kita launch," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News