Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) tetap optimistis menumbuhkan kinerja ekspor produk olahan unggas hingga akhir tahun ini, meskipun dihadapkan pada tekanan geopolitik global dan pelemahan daya beli di dalam negeri. Hingga Desember 2025, MAIN menargetkan nilai ekspor mencapai US$ 373.000 atau setara sekitar Rp 6 miliar.
Direktur Malindo Feedmill, Rewin Hanrahan, mengatakan bahwa konflik geopolitik global seperti perang maupun ketegangan antarnegara belum berdampak langsung terhadap bisnis ekspor produk pangan, termasuk yang dijalankan oleh Malindo.
“Selama ini sih belum ya. Kalau produk-produk pangan sampai sekarang saya belum pernah dengar ada efek dari perang tarif dan lain sebagainya,” ujar Rewin saat ditemui di Cikarang, Senin (14/7).
Saat ini Malindo Feedmill masih fokus mengekspor produk olahan ayam ke empat negara utama: Uni Emirat Arab, Oman, Jepang, dan Singapura. Menurut Rewin, keempat negara tersebut masih menjadi tujuan ekspor utama hingga akhir tahun, dengan estimasi pengiriman mencapai sekitar 14 kontainer.
Baca Juga: Malindo Feedmill (MAIN) Catat Ekspor Produk Olahan ke Empat Negara Senilai US$149.000
“Kita sedang menjejaki juga ke Timor Leste dan negara-negara yang lain. Kemarin sudah komunikasi dengan Brunei, mudah-mudahan. Kan tadi ada janji juga dari Arab Saudi,” kata Rewin.
Adapun beberapa produk yang diekspor antara lain Sanikot, Sohib, dan Cikiwiki, seluruhnya berbasis olahan ayam. Malindo juga melayani pesanan khusus dari negara tujuan, seperti yang baru-baru ini dilakukan untuk pasar Singapura.
“Jadi sesuai dengan market di sana, itu kita siapkan. Kemarin sudah jalan satu kontainer pesanan khusus dari mereka,” imbuh Rewin.
Ia menyebut, pengiriman ekspor ke Oman yang sudah berlangsung beberapa kali mencerminkan tingginya penerimaan produk Malindo di pasar tersebut. “Kalau kita lihat sudah dipajang di supermarket dulu di Oman. Dengan adanya repeat order ini, berarti produk kita lumayan diterima,” ujar Rewin.
Meski begitu, Rewin mengakui bahwa di pasar domestik, permintaan produk masih dipengaruhi oleh faktor musiman.
“Daya beli untuk produk-produk kita memang seasonal ya. Kadang-kadang bulan-bulan tertentu seperti Lebaran, puasa naik. Setelah Lebaran, libur sekolah, turun,” katanya.
Namun menurutnya, produk olahan ayam tetap memiliki peluang tumbuh karena tergolong sebagai makanan praktis dan terjangkau. “Ini kan produk yang sumber-sumber paling murah, paling mudah dijangkau, apalagi buat ibu-ibu muda,” ungkap Rewin.
Ke depan, Malindo akan terus memperluas pasar ekspor sembari melakukan inovasi produk baru di dalam negeri. “Kita terus-menerus mengeluarkan produk baru. Karena namanya food ya, orang kadang-kadang bosan. Kita harus cari inovasi-inovasi baru,” ujarnya.
Rewin juga menegaskan, hingga saat ini perusahaan belum melakukan revisi target pertumbuhan untuk tahun 2025. “Sampai saat ini belum. Masih sama dengan yang RUPS kemarin,” tuturnya.
Saat ini Malindo juga tengah menjajaki kerja sama ekspor berbasis government-to-government (G2G) dengan Arab Saudi melalui fasilitasi dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
“Mudah-mudahan dengan support dari Pak Dirjen, Kementan, dengan juga support dari pemerintahan ini semua bisa berjalan. Karena dari sisi bisnisnya sudah ada ordernya, tinggal dari G2G-nya saja,” tutup Rewin.
Selanjutnya: Harga Minyak Dunia Bergerak Volatil, Begini Dampaknya Bagi Emiten Petrokimia
Menarik Dibaca: 7 Penyebab Kulit Wajah Kasar, Bukan Hanya Kulit Kering!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News