Reporter: Febrina Ratna Iskana, Juwita Aldiani, Pamela Sarnia | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Bisnis berbasis internet (e-commerce) saat ini sedang tumbuh bak jamur di musim penghujan. Para startup maupun investor kakap terus melototi potensi pasar di Indonesia yang menggiurkan.
Survei Kementerian Perdagangan yang dikutip dari Bank Indonesia menyebutkan, transaksi bisnis online pada tahun 2014 mencapai sekitar Rp 34,9 triliun. Tahun 2015 ini bisa naik menjadi Rp 224,9 triliun.
Tahun depan potensi kenaikan pasarnya bisa mencapai Rp 300 triliun. Saat ini dalam pantauan Kementerian Komunikasi dan Informatika ada sekitar 73 juta orang sebagai pengguna internet aktif. Lalu sekitar 7% pengguna internet ini sering melakukan jual-beli via internet.
Selain potensi pasar yang besar, belanja via online sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang Indonesia. Untuk mencukupi pelbagai kebutuhan orang tinggal menyentuh layar ponsel saja, simsalabim, tak sampai sehari, pesanan terkirim.
Karenanya tak heran bila Chief Executive Officer (CEO) Blanja.com, Aulia E.Marinto optimistis, bisnis e-commerce tahun depan makin besar. Ia merasakan ada pertumbuhan kue bisnis di industri ini, dari hari ke hari, bulan ke bulan, juga tahun ke tahun.
Pertumbuhan e-commerce didorong oleh akses internet yang semakin cepat. Ini membuat makin banyak orang yang melek online, dan penggunaan ponsel pintar lebih semakin membludak. "Kami targetkan pertumbuhan tiga sampai empat kali lipat dari sekarang," kata Aulia kepada KONTAN, Selasa (15/12), tanpa memerinci besaran omzet bisnisnya. Blanja.com adalah perusahaan hasil joint venture Telkom dengan ebay yang berdiri sejak 2014.
Konsekuensi dari pertumbuhan bisnis e-commerce adalah persaingan makin ketat. Meskipun demikian, ia optimistis target tahun depan bisa tercapai, dan sudah mempertimbangkan ketatnya persaingan di bisnis e-commerce ini.
Optimisme Aulia memang beralasan. Meskipun pasar tumbuh tinggi dan persaingan ketat, potensi pasar yang bisa direbut juga masih besar.
Dalam hitungan Yusi H Obon, Head of Communication Bukalapak.com, omzet transaksi e-commerce di Indonesia masih kurang dari 1% dari jumlah transaksi perdagangan. Selain itu masih baru secuil pengusaha kecil yang bergabung untuk jualan di lapak online.
Saat ini, jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergabung di Bukalapak baru 500.000 UKM. "Padahal total UKM di Indonesia sekitar 50 juta UKM," kata Yusi.
Dari jumlah 500.000 UKM pelapak saja, Bukalapak.com pada tahun 2014 membukukan transaksi sekitar Rp 200 miliar dan tahun ini bisa
Rp 240 miliar. Dari pencapaian itu, Bukalapak.com tak menutup peluang mengembangkan bisnis dalam penyediaan jasa yang berfokus pada pengembangan pasar UKM.
Sementara itu, David Alexander Head of Business Development OLX mengatakan, ada peluang dan trend yang besar ke depannya di bisnis ini, ini bisa dilihat dari model bisnis Gojek yakni from people to people.
Selain itu, saat ini tren bisnis e-commerce mulai beralih ke mobile. Hal ini tercermin dari transaksi yang berbasis mobile firm "Bukan dari laptop," kata dia.
Namun memang ke depan, edukasi ke konsumen harus tetap dilakukan oleh pemain ecommerce agar kesalahan yang dilakukan merchant tidak ditimpa kepada pemilik platform semacam OLX. "Misalnya beli apa, datangnya sabun, terus marah-marah ke kami," ungkap dia.
Asing silakan masuk
Melihat besarnya minat pengusaha untuk menggeluti bisnis ecommerce, kini pemerintah sedang menyiapkan aturan main bagi bisnis ini. Salah satu poin yang ingin diatur adalah keterlibatan investor asing di bisnis ini, agar pemain lokal bermodal cekak tidak cuma menjadi penonton.
Namun bagi David Alexander menilai, suntikan dana dari asing atau kepemilikan asing itu bukan suatu masalah penting. Bagi dia, yang terpenting adalah konsumen Indonesia bisa diuntungkan. "Pemain asing dampaknya malah bagus, karena bisa transfer knowledge." katanya.
Regan Dwinanda Corporate Communication Mataharimall.com berpendapat, pemerintah tentu punya pertimbangan tersendiri sebelum menetapkan aturan. "Kami yakin bahwa pemerintah akan mengambil keputusan terbaik untuk memajukan industri e-commerce dalam negeri," tandas dia.
Apalagi, pemerintah selalu menegaskan akan melindungi tiga segmen e-commerce di Indonesia, yaitu pertama, startup atau perusahaan rintisan yang bergerak di bidang teknologi; kedua, usaha kecil menengah (UKM); ketiga bisnis yang sudah established.
Sedangkan Christina Tenggara, Chief Executive Officer Berrykitchen, menilai masuknya asing penting agar mendapatkan investor yang mau melakukan investasi, dan mendapatkan networking. Dia menandaskan bahwa dengan semakin banyak pemain di bisnis ini, baik asing maupun lokal, maka orang akan semakin peduli dan otomatis meningkatkan jumlah transaksi. "Jadi membuat penetrasi internet di indonesia semakin bagus, semakin cepat perkembangannya," imbuh dia.
Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Daniel Tumiwa berharap, pemerintah lebih banyak lagi turun tangan membantu perkembangan startup e-commerce. Sebab mereka masih dalam tahap investasi dan belum bisa menghasilkan uang dan laba. "Pemerintah harus menyatukan kekuatan membantu bisnis ini," kata Daniel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News