kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih sangat dibutuhkan, Freeport yakin tambang tembaga akan tetap prospektif


Kamis, 15 Oktober 2020 / 22:06 WIB
Masih sangat dibutuhkan, Freeport yakin tambang tembaga akan tetap prospektif


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Freeport Indonesia (PTFI) menilai komoditas tembaga masih memiliki prospek yang positif di masa-masa mendatang. Hal ini seiring tingginya kebutuhan terhadap tembaga sebagai bahan baku produk di berbagai sektor industri.

Presiden Direktur Freeport Indonesia Toni Wenas menyebut, industri tambang tembaga seperti halnya sektor lainnya juga ikut terdampak oleh pandemi Covid-19. Sebelum virus Corona menyebar, harga tembaga global berada di kisaran US$ 2,75 per pound. Kemudian saat awal pandemi, harga komoditas ini sempat jatuh ke level US$ 2,10 per pound.

“Penurunan harga tersebut sangat terasa dan terdampak bagi kami secara komersial,” kata dia dalam diskusi virtual bersama Harian Kompas, Kamis (15/10).

Baca Juga: Saham Antam (ANTM) turun setelah naik signifikan, berikut prospeknya menurut analis

Kendati demikian, harga tembaga sebenarnya sudah mulai pulih perlahan-lahan di kuartal II-2020. Hal ini seiring membaiknya perekonomian China sebagai konsumen tembaga terbesar. Hasil tersebut tentu berdampak positif bagi kinerja PTFI.

Dalam catatan Kontan, produksi dan penjualan tembaga PTFI memang mengalami tren peningkatan selama kuartal kedua lalu.

Bulan April 2020 misalnya, PTFI memproduksi 51 juta pound dan menjual 35 juta pound tembaga. Lalu, di bulan Mei 2020, PTFI memproduksi 58 juta pound dan menjual 65 juta pound tembaga. Adapun pada Juni 2020, PTFI memproduksi 73 juta pound dan menjual 72 juta pound tembaga.

Toni menyebut, tembaga masih akan memiliki peran besar dalam kehidupan manusia di masa depan, sekalipun komoditas ini termasuk sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui. Sebab, beberapa barang elektronik seperti televisi, gadget, hingga AC sangat membutuhkan tembaga untuk bisa beroperasi.

Bahkan, tembaga akan punya peran penting dalam transisi penggunaan energi bersih yang ramah lingkungan. Misalnya terkait pengembangan mobil listrik. Kata Toni, mobil listrik membutuhkan bahan tembaga empat kali lebih banyak ketimbang mobil konvensional.

Baca Juga: Eks tambang emas Blok Wabu akan dikelola Mind Id, begini tanggapan Freeport Indonesia

Tembaga juga sangat dibutuhkan dalam pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan seperti air, surya, dan angin. “Pembangkit air membutuhkan kabel tembaga yang lebih banyak dari pembangkit bertenaga fosil,” ujarnya.

Untuk memastikan kebutuhan tembaga terpenuhi, PTFI terus menggeber pengembangan tambang bawah tanah (underground) di Grasberg. Dengan adanya transisi dari tambang terbuka menuju tambang bawah tanah, harus diakui kapasitas produksi PTFI berkurang.

Namun, hal itu hanya bersifat temporer lantaran di tahun 2022 nanti kapasitas produksi PTFI akan kembali ke level 100% seiring kelarnya pengembangan tambang bawah tanah. “Kapasitas produksi tahun ini hanya 69%. Tahun 2021 naik menjadi 89%. Tahun 2022 baru kembali normal 100%,” pungkas Toni.

Selanjutnya: IPA: Omnibus Law jamin tak ada perubahan kontrak migas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×