Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tambang nikel menjadi primadona lantaran prospek bisnisnya yang cerah sejalan dengan pengembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Bermodalkan potensi nikel yang besar, pemerintah menggenjot hilirisasi nikel supaya Indonesia segera memproduksi bahan baku baterai EV dalam waktu dekat.
Melihat prospeknya yang cerah ini, beredar kabar bahwa PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melirik tambang nikel. Saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Direktur Utama MEDC Hilmi Panigoro menegaskan saat ini pihaknya masih fokus pada tiga pilar bisnis utama.
Tiga pilar bisnis utama tersebut ialah eksplorasi dan produksi migas, pembangkit listrik gas dan energi terbarukan, serta tambang tembaga dan emas.
“Kami memiliki group inovasi yang terus menerus mengkaji potensi-potensi bisnis perusahaan di masa depan,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (13/2).
Baca Juga: Sempat Mandek, Proyek Baterai Kendaraan Listrik Antam-LG Energy Berlanjut
Sebagai informasi saat ini Medco Energi memiliki sulur bisnis tambang tembaga dan emas melalui PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Amman mengoperasikan 25.000 hektare tambang tembaga dan emas yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara, Indonesia. AMNT saat ini juga mengeksplorasi bagian-bagian lain di wilayah IUPK-nya seperti prospek eksplorasi Elang.
Elang diestimasi menyimpan sumber daya 12,945 juta lbs tembaga, 19,7 juta oz emas dengan potensi untuk menghasilkan 300-430 juta lbs tembaga dan 0,35-0,60 juta oz emas per tahun.
Sebetulnya prospek tembaga juga tidak kalah potensial dibandingkan nikel untuk menunjang ekosistem kendaraan listrik dan transisi energi baik nasional dan internasional.
Baca Juga: Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia Butuh Investasi Rp 200 Triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News