kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melihat potensi bisnis Grab pasca mendapat suntikan dana Rp 12 triliun


Jumat, 28 Februari 2020 / 14:12 WIB
Melihat potensi bisnis Grab pasca mendapat suntikan dana Rp 12 triliun
ILUSTRASI. Calon penumpang menunjukan tarif ojek daring di Jakarta, Kamis (2/5/2019). Kementerian Perhubungan resmi menentukan kenaikan tarif untuk ojek daring berdasarkan zonasi yaitu zona I terdiri dari wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali, Zona II dibuat untuk Jabode


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perusahaan aplikasi Grab mendapat suntikan dana sebesar US$ 856 juta atau sekitar Rp 12,84 triliun dari Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) dan TIS INTEC Corp. Melalui suntikan dana dari MUFG tersebut, Grab akan membangun layanan keuangan di Asia Tenggara untuk meningkatkan inklusi keuangan.

Kemudian Grab akan bersama-sama membangun produk dan layanan keuangan inovatif untuk melayani kebutuhan pelanggan Grab, mitra pengemudi dan mitra merchantnya.

Sementara itu, dengan kemitraan strategis dengan TIS, kedua perusahaan akan mengembangkan infrastruktur pembayaran digital di wilayah tersebut dan Jepang untuk mempercepat adopsi pembayaran tanpa uang tunai, seperti GrabPay di Asia Tenggara. Kedua perusahaan akan berkolaborasi untuk mengembangkan teknologi pembayaran baru.

Baca Juga: Bisnis Seafood Tak Selalu Bermodal Jumbo

Presiden Grab Ming Maa dalam keterangan tertulis, Jumat (28/2) mengatakan, pembayaran digital saat ini mulai berkembang di Asia Tenggara karena dapat melayani mereka yang memiliki akses ke komunikasi seluler, tetapi belum terlayani oleh perbankan.

Penggalangan dana Grab ini muncul bersamaan desas-desus tentang rencana merger Grab dan Gojek. Menurut laporan theinformation.com awal bulan Feb ini, mengutip orang yang mengetahui masalah ini, tim manajemen kedua perusahaan telah melakukan pembicaraan serius tentang potensi merger dalam beberapa bulan terakhir. 

Alex Le, CEO Jetspree dan mantan Managing Director Zalora, Easy Taxi menilai aksi terbaru Grab ini otomatis memberi tekanan pada Gojek. Karena itu, Gojek harus mempertahankan pasarnya dari gempuran Grab.

Baca Juga: Mitsubishi UFJ Financial Group berinvestasi US$ 856 di Grab Asia Tenggara

Lembaga penelitian ABI Research yang berpusat di London menyatakan dalam rilisnya pada bulan September 2019 bahwa Grab telah mempertahankan pangsa pasar transportasi online atau ride-hailing 11,4% di wilayah Asia-Pasifik dengan dominasi di pasar Indonesia dan Vietnam. Di Indonesia, Grab memimpin dengan menguasai 64% pangsa pasar.

Menurut ABI, kepemimpinan pasar ini adalah buah dari kesuksesan Grab dalam menyediakan super-aplikasi yang dapat menangkap volume besar permintaan publik selain transportasi, yaitu pengiriman barang dan makanan, serta layanan keuangan melalui GrabExpress, GrabFood, GrabFresh, dan GrabFinance.

Menurut data ABI Research, Gojek menguasai 35,3% pasar Indonesia pada 2019.

James Hodgson, Analis Utama Smart Mobility di ABI Research, mengatakan, “Operasi ride-hailing semakin tertekan oleh langkah-langkah untuk meningkatkan insentif pengemudi dan subsidi tarif untuk menemukan pelanggan baru dan memperluas pangsa pasar.

Baca Juga: Ekspansi ke jasa keuangan, Grab dapat suntikan US$ 856 juta dari MUFG dan TIS Inc

Oleh karena itu, pengembangan untuk menjadi 'supermarket' dari layanan mobilitas pintar yang dilakukan oleh Grab adalah contoh inovasi yang berhasil.”

Grab juga menunjukkan komitmennya untuk pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih luas, termasuk dalam membangun ekosistem kendaraan listrik dan pembangunan ibu kota  baru.

Komitmen tersebut disampaikan oleh CEO SoftBank Masayoshi Son dan Pendiri dan CEO Grab Anthony Tan dalam beberapa kali pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×