kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.280   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Selesai Bangun Smelter Nikel di Kaltim, MMP Siap Produksi Komersial di Akhir 2025


Rabu, 04 Juni 2025 / 22:59 WIB
Selesai Bangun Smelter Nikel di Kaltim, MMP Siap Produksi Komersial di Akhir 2025
ILUSTRASI. Finance Director PT Mitra Murni Perkasa, Achmad Zuhraidi menjadi pembicara di acara diskusi Indonesia Critical Mineral Conference and Expo di Jakarta (3/6/2025).


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Mitra Murni Perkasa (MMP) bagian dari MMS Group Indonesia (MMSGI) menargetkan produksi komersial smelter dengan produk feronikel atau nikel matte akhir tahun 2025. Saat ini smelter yang berada di Balikpapan Kalimantan Timur itu masih dalam persiapan commissioning yang membutuhkan waktu satu sampai dua bulan kedepan.

Asal tahu saja, investasi smelter nikel di Kalimantan Timur membuat MMP mendapat penghargaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dari BKPM setempat sebagai perusahaan dengan investasi terbesar ketiga.

Achmad Zuhraidi Direktur Keuangan PT Mitra Murni Perkasa mengungkapkan, perusahaan sudah membangun smelter di Balikpapan dengan kapasitas 28.000 ton nikel matte per tahun atau 100.000 ton feronikel per tahun. “Line produksi kami ini bisa menghasilkan dua produk. Tergantung pasar mana yang bagus, maka kami akan produksi,” kata dia dalam pertemuan dengan media, Selasa (3/7).

Untuk menghasilkan produk nickel matte atau feronikel dibutuhkan bijih nikel sebanyak 2 juta ton per tahun. Bahan baku tersebut akan diambil dari tambang nikel milik perusahaan afiliasi di Sulawesi dan beberapa petambang nikel. “Kalimantan kelihatannya tidak ada nikel, kami ambil dari Sulawesi,” ucap dia.

Strateginya, kata Achmad agar tetap efisien dalam logistik pengambilan nikel di Sulwesi menggunakan anak perusahaan di satu grup yang berbisnis batubara. “Jadi kami angkut bartubara ke Sulawesi, pulangnya kapal akan diisi oleh bijih nikel, grup kami juga punya tambang batubara di Kaltim,” ungkap dia.

Ia mengatakan, teknologi smelter yang dibangun memungkinkan perusahaan memproduksi dua jenis produk nikel berbeda. Saat ini perusahaan mendapat pendanaan dari bank himbara dan dua bank lokal. “Kami menjadi perusahaan nomor tiga dengan investasi dalam negeri terbesar di Kalimantan Timur,” ujar dia.

Dia menjelaskan smelter yang dibangun perusahaan akan bertahap sampai dengan enam line. Tahun ini baru akan terbangun dua line produksi. Sementara listrik yang dipakai oleh perusahaan dalam mengoperasikan smelter memakai jaringan listrik PLN. “Kami juga sudah dapat Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN,” terang dia.

Dengan memakai listrik dari PLN, perusahaan tidak perlu membangun pembangkit listrik sendiri. Sehingga dari sisi cost energi menjadi sangat efisien. “Untuk empat line berikutnya yang akan dibangun jenis produk olahan nikelnya juga masih melihat pasar global,” ucap dia.

Namun yang pasti, Achmad mengatakan, produk nikel hasil olahan tersebut nanti masih di ekspor karena kebutuhan di dalam negeri belum ada.

Standar Green Nikel

Sementara itu, dalam diskusi Critical Mineral Conferfence and Expo 2025 yang berlangsung kemarin, Achmad mengatakan bahwa diskusi yang mengemuka adalah soal adanya syarat atau standar yang diterapkan pembeli nikel. “Syaratnya rantai pasoknya harus green,” ungkap dia.

Para negara pembeli produk nikel di Indonesaia meminta syarat dari hulu sampai hilir. Artinya, akan dicek bagaimana penambangan nikel yang dibeli perusahaan smelter sampai dengan produksi nikel di smelter. Kemudian soal energi yang dipakai akan dicek oleh pembeli.

“Tetapi mereka tidak mau bayar dengan harga premium. Sebab, untuk menggunakan proses green itu butuh biaya yang besar. Harusnya bisa ditambahkan ke produk,” ujar dia.

Namun demikian, perusahaan tetap berkomitmen untuk menjalankan standar ESG dalam proses produksi.

Selanjutnya: Wall Street Naik Tipis Rabu (4/6), Saham Teknologi Mengimbangi Kekhawatiran Ekonomi

Menarik Dibaca: Ini 7 Perbedaan Tabungan dan Deposito yang Harus Anda Pahami di Tahun 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×