Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
Menurut data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sepanjang tahun 2019 China menyumbang 16,8% dari total perolehan PMA Indonesia atau senilai US$ 4,7 miliar. Berada pada urutan kedua setelah PMA asal Singapura yang sebanyak US$ 6,5 miliar atau berkontribusi 23,1% dari total investasi asing saat itu.
Baca Juga: WHO: Virus corona baru ancaman sangat besar bagi seluruh dunia
Tiga besar sektor usaha dengan nilai realisasi investasi baik asing maupun dalam negeri di tahun lalu ialah Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rp 139,0 triliun, 17,2%); Listrik, Gas dan Air (Rp 126,0 triliun, 15,6%); Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran (Rp 71,1 triliun, 8,8%).
Epidemi corona virus ini juga menjadi kekhawatiran sebagian pelaku usaha. David, Wakil Presiden Direktur PT SLJ Global Tbk mengatakan aktivitas ekspor produk kayu berpeluang terhambat.
"Permintaan produk material rumah dan interior pasti terganggu. Jika hal tersebut terjadi maka harga jual dapat menurun kalau permintaan berkurang," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (11/2). China sendiri diketahui merupakan produsen dan konsumen terbesar plywood dunia, sehingga jika market disana bergejolak akan mempengaruhi harga jual produk tersebut.
Hal yang sama juga menjadi concern distributor alat berat, PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA), dimana secara tidak langsung wabah ini mempengaruhi permintaan batu bara di dalam negeri China, jika melemah permintaan tersebut akan berakibat negatif bagi bisnis batu bara dan penjualan alat berat. "Cepat atau lambat pasti ada dampaknya," ujar Djonggi Gultom, Presiden Direktur HEXA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News