kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.980   147,08   2,15%
  • KOMPAS100 1.012   25,10   2,54%
  • LQ45 787   21,71   2,84%
  • ISSI 220   2,17   0,99%
  • IDX30 409   11,84   2,98%
  • IDXHIDIV20 482   15,28   3,27%
  • IDX80 114   2,54   2,27%
  • IDXV30 116   2,05   1,79%
  • IDXQ30 133   4,16   3,22%

Menakar Peluang Pertumbuhan Industri Minuman Ringan di Tengah Perlambatan Ekonomi


Rabu, 14 Mei 2025 / 18:19 WIB
Menakar Peluang Pertumbuhan Industri Minuman Ringan di Tengah Perlambatan Ekonomi
ILUSTRASI. Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), para pemangku kepentingan memaparkan kinerja industri terkini dan menyoroti perlunya sinergi kebijakan untuk menjaga stabilitas pertumbuhan sektor industri minuman ringan.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri minuman ringan menghadapi tantangan serius pada tahun 2025 seiring proyeksi perlambatan ekonomi nasional. Dalam diskusi media yang digelar Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), para pemangku kepentingan memaparkan kinerja industri terkini dan menyoroti perlunya sinergi kebijakan untuk menjaga stabilitas pertumbuhan sektor ini.

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2025 tercatat sebesar 4,87% secara tahunan (year-on-year), lebih rendah dibanding proyeksi pemerintah dalam APBN 2025 yang menargetkan 5,2%. Bahkan, CORE Indonesia dalam kajiannya memprediksi laju pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa jatuh ke kisaran 4,6%–4,8% apabila tidak ada langkah penyesuaian yang tepat.

"Data-data awal ini menunjukkan adanya tantangan ekonomi yang perlu diantisipasi bersama, terutama pada sektor konsumsi seperti makanan dan minuman. Di sisi lain, pelaku industri juga dihadapkan pada tekanan biaya dari sisi produksi," ujar Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif CORE Indonesia dalam keterangan resminya, Rabu (14/5).

Baca Juga: Indonesia Bebas Impor Gula dan Garam di 2025, Begini Respon ASRIM

Sektor makanan dan minuman, termasuk minuman ringan, menjadi salah satu sektor yang terpapar. Indeks Harga Produsen (IHP) sektor penyediaan makanan dan minuman naik 0,56% secara kuartalan dan 2,84% secara tahunan, mencerminkan adanya tekanan pada margin pelaku usaha.

Meskipun demikian, peluang tetap terbuka. Berdasarkan data NielsenIQ, kategori minuman siap saji masih menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan sektor barang konsumsi cepat saji (FMCG) di Indonesia. Konsumen memang menjadi lebih berhati-hati dalam pengeluaran, tetapi tetap menganggap produk minuman sebagai kebutuhan esensial.

Namun, tantangan tidak kecil. Survei Nielsen menyebutkan dua kekhawatiran utama masyarakat adalah kenaikan harga (32%) dan pelemahan ekonomi (27%). Hal ini memperkuat sinyal bahwa daya beli menjadi isu utama yang harus ditangani secara bersama.

Ketua Umum ASRIM, Triyono Prijosoesilo, menegaskan bahwa tren perlambatan sejatinya telah terlihat sejak 2023. “Pada beberapa kategori minuman non-AMDK (Air Minum Dalam Kemasan), terjadi penurunan volume penjualan. Pada awal 2025, kami mencatat kontraksi sekitar 4,4% berdasarkan data Nielsen bulan Maret,” ungkap Triyono.

Tak hanya itu, momentum Ramadhan dan Lebaran yang biasanya mengerek konsumsi, tahun ini tidak memberi dorongan signifikan. CORE mencatat pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) sektor makanan dan minuman hanya 1,3% di kuartal I 2025, jauh dari pencapaian tahun lalu sebesar 7,5%.

Baca Juga: Terancam Kebijakan Cukai, Industri Minuman Ringan Berpotensi Sulit Tumbuh Tahun Ini

Menghadapi kondisi ini, ASRIM menekankan pentingnya kolaborasi erat antara industri dan pemerintah. “Kami mendukung kebijakan yang bertujuan untuk kesehatan masyarakat, namun pendekatannya harus berbasis data dan mempertimbangkan keberlangsungan usaha, serapan tenaga kerja, serta keterlibatan UMKM dalam rantai pasok industri,” ujar Triyono.

Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian, Merrijantij Punguan Pintaria memastikan pemerintah tetap berkomitmen menjaga iklim usaha yang kondusif melalui kebijakan fiskal dan non-fiskal yang relevan. “Kami terbuka untuk berdialog, dan terus mengevaluasi dampak pelaksanaan kebijakan agar transisinya tidak mengganggu daya saing industri,” ujarnya.

ASRIM meyakini bahwa dengan dukungan kebijakan yang adaptif dan berbasis data, industri minuman ringan tetap memiliki peluang untuk tumbuh secara berkelanjutan. "Dengan pendekatan kolaboratif antara regulator dan pelaku usaha, sektor ini dapat terus berkontribusi positif terhadap perekonomian nasional, bahkan di tengah tekanan global sekalipun," pungkasnya.

Baca Juga: Asrim Khawatir Kenaikan PPN Bisa Lebih dari 1% di Tingkat Eceran

Selanjutnya: Resmi Diluncurkan, Agrinas Pangan Nusantara Bakal Kelola 425.000 Ha Lahan Food Estate

Menarik Dibaca: Kementerian UMKM dan Lazada Latih 150 Pelaku Usaha Padang Memasuki Dunia Digital

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×