Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) menargetkan produksi Gabah Kering Giling (GKG) pada tahun 2017 sebesar 78 juta ton. Target ini lebih tinggi dari target 2016 sebesar 75 juta ton. Namun ini lebih rendah dari realisasi produksi GKG 2016 sebesar 79 juta ton berdasarkan data yang dirilis Kemtan. Bila produksi GKG ini dikonversi menjadi beras maka menghasilkan 49,5 juta ton beras dengan perhitungan 62,75% beras.
Sementara rata-rata kebutuhan beras nasional per bulan mencapai 2,6 juta hingga 2,7 juta ton atawa sekitar 32,4 juta ton beras dalam setahun. Artinya ada surplus beras sebesar 17,1 juta ton pada tahun 2016.
Dengan surplus sebesar ini maka seharusnya harga beras akan otomatis anjlok di kisaran Rp 4.000 per kilogram (kg) untuk beras medium. "Tapi sekarang rata-rata harga beras kelas medium Rp 10.000-Rp 11.000 per kg," ujar Dwi Andreas Pengamat Pertanian IPB kepada KONTAN, Senin (30/1).
Andreas melanjutkan, bila pada tahun ini produksi GKG mencapai target 78 juta ton atau lebih, maka akan ada tambahan produksi beras sebesar 48,9 juta ton pada tahun 2017. Andreas mengatakan, data Kemtan saat ini tidak dapat dipercaya lagi. Sebab kelebihan produksi yang diklaim itu tidak masuk akal karena tidak ada barangnya.
Ia mengatakan, saat ini BPS tidak lagi mau mengumumkan realisasi produksi GKG beras lantaran kerap menimbulkan kontroversi dan ketidakakuran data pangan. Justru bila angka produksi ini dibiarkan akan berisiko pada perencanaan pangan nasional ke depan.
Menurut Andreas, kalau melihat fakta produksi saat ini, maka data produksi beras yang ideal dikurangi sekitar 25% dari data Kemtan, maka angka produksi beras tahun 2016 sekitar 37,2 juta ton beras. "Kecukupan produksi beras kita tahun lalu karena ada beras impor yang masuk 1,2 juta ton," ujar Andreas mengingatkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News