kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Mencermati Peluang dan Tantangan Green Jobs di Tengah Transisi Energi


Kamis, 05 Juni 2025 / 05:00 WIB
Mencermati Peluang dan Tantangan Green Jobs di Tengah Transisi Energi
ILUSTRASI. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (kanan) bersama Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo (tengah) menjawab pertanyaan wartawan usai konferensi pers pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) tahun 2025-2034 di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (26/5/2025). Kementerian ESDM resmi meluncurkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034 dengan rencana penambahan pembangkit pada 2025-2034 ditargetkan mencapai 69,5 Giga Watt (GW) yang terdiri dari 42,6 Giga Watt (GW) energi baru terbarukan, 10,3 Giga Watt (GW) storage dan 16,6 Giga Watt (GW) Fosil. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/Spt.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan penciptaan lebih dari 1,7 juta lapangan kerja di sektor kelistrikan dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. 

Koaksi Indonesia mencatat, 91% dari 836.696 tenaga kerja di subsektor pembangkitan termasuk dalam kategori green jobs. Ini menjadi peluang besar dalam mendukung transisi energi, namun juga menggarisbawahi pentingnya kesiapan tenaga kerja nasional.

Studi terbaru Koaksi Indonesia bersama BOI Research mengungkap bahwa 76% anak muda tertarik bekerja di sektor yang berdampak positif terhadap lingkungan. Namun, mereka kerap terhambat oleh kurangnya informasi, pelatihan, akses, serta dukungan kebijakan yang memadai, membuat kesiapan keterampilan menjadi tantangan utama.

A Azis Kurniawan, Manajer Advokasi Kebijakan Koaksi Indonesia menilai peluncuran Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau yang dilakukan oleh Bappenas pada April lalu dinilai menjadi langkah awal strategis. 

Baca Juga: Kementerian ESDM Resmi Rilis Dokumen RUPTL PLN 2025-2034

Namun, menurutnya, implementasi konkret di tingkat daerah masih harus diperkuat, terutama pelatihan berbasis kebutuhan transisi energi dan dukungan bagi kelompok terdampak sektor fosil.

“Tanpa peta jalan yang terukur, potensi 91% green jobs ini bisa jadi tidak menyentuh kelompok yang paling membutuhkan pekerjaan,” kata Azis dalam keterangannya, Rabu (4/6).

Azis menekankan, transisi menuju energi terbarukan bukan semata soal membangun pembangkit, tetapi juga membangun kapasitas sumber daya manusia. Green jobs bukan hanya peluang ekonomi, tapi juga fondasi daya saing regional dan jalan masuk bagi investasi hijau yang berkelanjutan.

Koaksi menyambut baik arah transisi energi yang lebih hijau, termasuk target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 61% dari tambahan kapasitas 69,5 GW. Namun, penciptaan green jobs harus dibarengi dengan program peningkatan kapasitas seperti upskilling dan reskilling yang inklusif.

Baca Juga: Lewat RUPTL Baru, PLN Targetkan Bauran EBT Capai 34,3% pada 2034

Sementara itu, Direktur Kemitraan Strategis dan Pengembangan Koaksi Indonesia, Indra Sari Wardhani, mengatakan bahwa kualitas green jobs tak kalah penting dari jumlahnya. Dalam konteks energi terbarukan yang bergantung pada potensi lokal, indikator pekerjaan layak yang berkontribusi terhadap perlindungan lingkungan secara berkelanjutan dan inklusif harus menjadi perhatian utama.

Data RUPTL menunjukkan tenaga kerja terbanyak akan terserap di sektor PLTS (348 ribu), PLTP (42 ribu), dan PLTA (129 ribu)—semuanya membutuhkan keahlian teknis baru yang saat ini belum banyak tersedia di pasar tenaga kerja nasional.

Untuk itu, Koaksi Indonesia mendorong pemerintah segera menyusun strategi nasional reskilling dan upskilling berbasis peta jalan green jobs, melibatkan pemangku kepentingan daerah, sektor swasta, dan institusi pendidikan, serta mengajak anak muda melalui sekolah vokasi dan program magang. 

Indra bilang, prinsip keadilan sosial harus menjadi dasar agar transisi energi tidak memperlebar ketimpangan. “Green jobs bisa menjadi jembatan menuju ekonomi hijau jika dirancang secara terencana, terukur, inklusif, adil, dan berkelanjutan,” tutup Indra Sari.

Selanjutnya: Trump: Ketua The Fed Jerome Powell Harus Menurunkan Suku Bunga

Menarik Dibaca: Cek Jadwal KRL Jogja-Solo pada Kamis 5 Juni 2025 ke Stasiun Palur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×