kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Mendag Beberkan Penyebab Langkanya Kelapa Bulat di Pasaran


Jumat, 21 Maret 2025 / 15:08 WIB
Mendag Beberkan Penyebab Langkanya Kelapa Bulat di Pasaran
ILUSTRASI. Mendag) Budi Santoso membeberkan penyebab kelangkaan kelapa bulat di pasaran dan harganya yang melambung tinggi.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA Beberapa waktu terakhir, pedagang mengeluh kesulitan mendapatkan kelapa bulat. Harga kelapa bahkan semakin meroket mendekati hari raya Idulfitri 2025. Terakhir, harga kelapa bulat per butir di Pasar Senen naik 50%, mencapai Rp 15 ribu, padahal semula hanya Rp 10 ribu.

Merespon kelangkaan kelapa bulat di pasaran, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso membeberkan kemungkinan pemicunya. Menurutnya, banyaknya permintaan ekspor kelapa bulat menjadi salah satu penyebab.

“Kelapa itu kan banyak permintaan ekspor juga, terus industri di dalam negeri juga banyak yang minta. Ya, jadi industri dalam negeri karena banyak yang ekspor, juga kadang-kadang kesulitan dapat barang. Itu memang masalahnya itu,” terang Busan di Kantor Kementerian Perdagangan, Jumat (21/3).

Baca Juga: Ekspor Kelapa Bulat Marak, Pengamat Minta Pemerintah Segera Membuat Regulasi

Lebih lanjut, Busan menjelaskan mengenai langkah pemerintah untuk mengantisipasi dan menstabilkan harga kelapa bulat di pasaran. Busan mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi.

“Nah, kami akan evaluasi bersama-sama, dari sisi industri, dari sisi eskportir, petani, kan harus berkumpul bareng,” jelasnya.

Ada pun terkait kenaikan harga kelapa bulat per butir yang mencapai 50% di pasaran, Busan mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh jumlah ekspor yang bertambah.

“Oh, ya mungkin permintaan ekspornya makin tambah,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×