Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
Lebih lanjut, Rizall menilai bahwa pemerintah sebaiknya mendorong investor untuk menanamkan investasi di pengolahan nikel yang memanfaatkan nikel tipe limonite atau nikel Kadar rendah, yang jumlah cadangannya masih sangat besar. Angka cadangan nikel tipe limonite atau nikel kadar rendah, kata Faisal, diperkirakan masih sangat besar, yakni sekitar 2.7 miliar ton, sementara pabrik pengolahan yang menggunakan nikel limonite menurut catatan Perhapi masih sedikit.
Ketika diproses dalam pabrik dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL), nikel tipe ini dapat menjadi bahan baku aneka Industri high tech, seperti untuk bahan baku baterai mobil listrik, super alloy dan lain-lain.
Catatan lainnya, Rizal juga berpendapat bahwa pemerintah, dalam hal ini BKPM, Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM, harus segera bersama-sama memformulasikan kebijakan untuk membangun ekosistem yang berkelanjutan di Industri berbasis nikel.
Baca Juga: Permintaan Meningkat, APNI Optimistis Investasi di Industri Nikel terus Tumbuh
Rizal mencatat, saat ini ekosistem Industri berbasis nikel belum terbentuk secara sempurna. Investasi yang masuk didominasi dengan rencana investasi di sektor hulu, yaitu di bagian pertambangan dan pengolahan yang menghasilkan intermediate product atau produk antara alias produk setengah jadi.
Walhasil, hampir keseluruhan produk antara yang dihasilkan tersebut masih diekspor keluar negeri lantaran belum tersedianya Industri di dalam negeri yang mampu menyerap dan mengolahnya menjadi aneka produk jadi.
“Padahal, nilai ekonomi dan nilai strategis atas produk jadi tersebu jauh lebih besar dibandingkan dengan produk antara. Sayangnya, negara di luar yang saat ini menikmati keuntungan dari pabrik pengolahan nikel di Indonesia, dengan dijadikan sebagai bahan baku produk Industri yang bernilai tinggi. Notabene, produk jadi tersebut kembali diimpor Indonesia, dengan harga jual yang naik berkali lipat,” imbuh Rizal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News