kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.430   57,00   0,35%
  • IDX 7.618   3,14   0,04%
  • KOMPAS100 1.065   5,05   0,48%
  • LQ45 805   1,84   0,23%
  • ISSI 256   1,72   0,68%
  • IDX30 416   0,88   0,21%
  • IDXHIDIV20 476   -0,82   -0,17%
  • IDX80 120   0,62   0,51%
  • IDXV30 123   0,46   0,37%
  • IDXQ30 133   0,19   0,15%

Menilik Rencana Pemerintah Bangun 17 Kilang Minyak di Dalam Negeri


Selasa, 29 Juli 2025 / 15:47 WIB
Menilik Rencana Pemerintah Bangun 17 Kilang Minyak di Dalam Negeri
ILUSTRASI. Pemerintah menegaskan rencana pembangunan 17 kilang minyak baru akan sepenuhnya dilakukan di dalam negeri, bukan di Amerika Serikat (AS). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menegaskan rencana pembangunan 17 kilang minyak baru akan sepenuhnya dilakukan di dalam negeri, bukan di Amerika Serikat (AS) seperti yang sempat disalahartikan sejumlah pihak.

Proyek ini menjadi bagian dari strategi besar Presiden Prabowo Subianto dalam meningkatkan kapasitas produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional secara merata dan efisien.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, kilang yang dibangun merupakan jenis small modular refinery dan akan tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Langkah ini bertujuan untuk menekan biaya logistik distribusi BBM sekaligus mendorong pemerataan akses energi.

“Jadi kalau misalnya kita mau membeli refinery, dan kembali refinery salah satu penerbitan [media] salah. Kita tidak membangun refinery di Amerika Serikat, tapi membangun refinery di Indonesia. 17 unit refinery di Indonesia sifatnya small refinery, Pak Presiden mengarahkan kebutuhan itu dipecah tidak disatu karena logistiknya akan lebih murah, lebih mudah dan lebih efisien,” ujar Airlangga dalam agenda yang disiarkan melalui kanal YouTube, Senin (27/7/2025).

Baca Juga: Bukan di AS, 17 Kilang Minyak Bakal Dibangun di Indonesia

Airlangga menambahkan, pembangunan kilang akan menggunakan skema engineering, procurement, and construction (EPC) dari AS. Artinya, teknologi dan peralatan utama akan diimpor dari AS, namun seluruh proses konstruksi dan operasional kilang dilakukan di Indonesia.

“Yang dibeli dari Amerika adalah EPC-nya. Peralatan nanti dibawa ke Indonesia, dan pembangunannya dilakukan di sini,” imbuh Airlangga.

Lebih lanjut, proyek kilang ini merupakan bagian dari kesepakatan dagang Indonesia-AS yang didorong langsung oleh Presiden Prabowo. Dalam diplomasi tingkat tinggi tersebut, Indonesia sepakat untuk membeli energi senilai US$ 15,5 miliar dan produk agrikultur sebesar US$ 4,5 miliar dari AS.

Sejalan dengan itu, CEO Danantara Rosan Roeslani mengungkapkan, 17 proyek kilang ini dirancang khusus untuk menyesuaikan karakteristik minyak mentah (crude oil) asal AS yang akan diimpor ke Indonesia. Minyak mentah asal AS disebut memiliki karakteristik berbeda dari crude oil yang biasa diolah di kilang domestik.

“Nah refinery itu harus sesuai dengan karakteristik dari setiap crude oil yang diimpor kalau dari Amerika, investasinya juga kita sesuaikan, refinery nya juga dari karakteristik crude oil dari negara tersebut,” jelas Rosan di Jakarta, Selasa (29/7).

Menurutnya, kajian lokasi dan model bisnis kilang saat ini masih dalam tahap awal dan dilakukan bersama Kementerian ESDM.

Baca Juga: Bos Danantara Ungkap 17 Kilang Disiapkan untuk Tampung Impor Minyak AS

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Hadi Ismoyo menilai langkah Presiden Prabowo membangun kilang kecil-menengah di 17 lokasi sebagai kebijakan yang visioner.

Selain memperkuat ketahanan energi nasional, penyebaran kilang ini juga akan memangkas biaya logistik BBM ke daerah-daerah.

“Ini pemikiran yang smart. Geografi Indonesia sangat luas dan beragam. Kilang kecil-menengah bisa langsung distribusi BBM ke wilayah masing-masing secara efisien,” kata Hadi kepada Kontan, Selasa (29/7).

Hadi menambahkan, kilang modular ini juga membuka peluang pengembangan lapangan minyak undeveloped yang selama ini secara keekonomian belum layak dikembangkan. Dengan konsep integrasi dari hulu hingga hilir di satu lokasi, keekonomian proyek bisa meningkat.

Pemerintah berharap, selain meningkatkan kapasitas produksi BBM nasional, proyek ini juga mampu menyerap investasi besar dan menciptakan lapangan kerja bagi tenaga lokal.

“Kalau kita mau swasembada energi, maka produk refinery atau BBM itu harus kita produksi sendiri,” kata Airlangga. 

Selanjutnya: Hujan Ekstrem Renggut 30 Nyawa di Beijing, Ribuan Warga Mengungsi

Menarik Dibaca: Harga Emas Fluktuatif Menjelang Keputusan Suku Bunga The Fed

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×