kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mentan diminta perbaiki produksi kedelai


Jumat, 10 April 2015 / 12:21 WIB
Mentan diminta perbaiki produksi kedelai
ILUSTRASI. Popcorn camilan sehat yang bisa menurunkan kolesterol.


Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) diingatkan untuk tidak hanya mengejar target produksi beras tetapi juga produksi lainnya, seperti kedelai. Sebab, saat ini jarak antara kebutuhan dan produksi kedelai dalam negeri juga kian lebar. Akibatnya, harga kedelai kerap naik turun karena ketergantungan akan pasokan kedelai impor.

Hal tersebut diungkapkan Anggota DPR Komisi IV, Rofi Munawar. Menurutnya, setiap tahun industri kedelai membutuhkan kedelai sekitar 2,4 juta ton per tahun. Namun, produksi dalam negeri tercatat hanya mampu sebesar 900.000 ton.

Sementara setiap tahun industri tahu tempe membutuhkan 1,85 juta ton kedelai. Lalu, industri kecap dan tauco sekitar 325.220 ton. Selain itu, industri benih juga membutuhkan 25.843 ton kedelai dan untuk pakan sekitar 8.319 ton kedelai.

Untuk memenuhi kekurangan kebutuhan, setiap tahunnya impor kedelai mencapai 1,3 juta ton. Indonesia menjadi negara paling bergantung akan impor kedelai asal Amerika Serikat (AS). Setelah Malaysia sebanyak 120.000 ton, Argentina 73.000 ton, Uruguay sekitar 16.824 ton dan Brasil sebanyak 13.550 ton.

"Menteri Pertanian harus segera bergerak melakukan perbaikan persoalan kedelai. Misalnya, memastikan harga produksi di tingkat petani yang kompetitif. Lalu ekstensifikasi lahan dan penerapan teknologi baru," kata Rofi, Jumat (10/4).

Dalam Laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama semester II-2014 ada lima permasalahan yang membuat produktifitas kedelai rendah. Pertama, penurunan areal tanam kedelai. Kedua, rendahnya harga jual di tingkat petani. Ketiga, rendahnya partisipasi petani dalam menanam

Keempat, ketersediaan teknologi dan rendahnya adopsi teknologi di tingkat petani. Terakhir, rendahnya tingkat harga yang diterima petani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×