Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menghadiri pertemuan hari kedua tingkat Menteri Energi G20. Pertemuan tersebut berhasil mencapai kesepakatan Komunike Bersama Menteri Energi G20 sekaligus menyepakati dokumen terkait Circular Carbon Economy (CCE) Platform.
Dalam komunike bersama, Menteri Energi G20 mengakui bahwa krisis saat ini selain berdampak langsung terhadap kesehatan, ekonomi, dan sosial, juga telah menyebabkan ketidakstabilan pasar energi global.
Para Menteri Energi G20 juga mencatat adanya efek tidak proporsional yang ditimbulkan pandemi terhadap masyarakat dan komunitas yang paling rentan. Mereka juga menggarisbawahi perlunya kepastian bahwa upaya pemulihan sektor energi tidak boleh meninggalkan siapa pun.
Baca Juga: Strategi pemanfaatan energi hijau di Indonesia
Maka dari itu, para Menteri Energi G20 sepakat pentingnya kerja sama internasional dalam memastikan ketahanan sistem energi yang menguntungkan seluruh pihak.
"Kami menekankan bahwa tantangan langsung yang ditimbulkan oleh pandemi tidak menyurutkan tekad kami untuk memajukan upaya kami dengan mengeksplorasi berbagai pilihan dan memanfaatkan beragam teknologi dan bahan bakar sesuai dengan konteks nasional untuk memastikan pasokan energi yang stabil dan tidak terputus untuk mencapai pertumbuhan ekonomi," bunyi butir keempat Komunike Bersama tersebut dalam siaran pers di situs Kementerian ESDM yang dikutip Kontan.co.id, Rabu (30/9).
Sementara pada dokumen CCE Platform, Menteri Energi G20 sepakat bahwa biofuel atau bahan bakar nabati merupakan salah satu komponen penting untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui teknologi dan inovasi (element reduce) serta menetralkan emisi karbon melalui proses alami dan dekomposisi (element recycle).
Terkait pemanfaatan biofuel, Arifin bilang, Indonesia tengah melakukan upaya membangun kemandirian dan kedaulatan energi nasional dengan mendorong peningkatan pemanfaatan biofuel.
Salah satu inovasi yang berhasil dilakukan pemerintah adalah implementasi biodiesel 30% (B30) atau pencampuran bahan bakar solar dengan minyak sawit di sektor transportasi. Keberadaan B30 diperkirakan dapat menurunkan emisi karbon sebesar 16,9 juta ton CO2e.
"Program pemanfaatan biodiesel ini menjadi bentuk nyata partisipasi aktif Indonesia dalam aksi penurunan emisi GRK global," ujar dia.
Selain itu, Indonesia juga telah menemukan katalis yang efektif dalam proses produksi fraksi atau jenis bentukan minyak bumi dengan bahan bakar minyak sawit atau green fuels di kilang Pertamina, yakni Katalis Merah Putih.
Biofuel bersama hidrogen diyakini dapat memainkan peranan unik dalam percepatan transisi energi menuju sistem energi yang lebih bersih di masa depan dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sebagaimana diketahui, CCE Platform memiliki 4 elemen. Elemen pertama adalah reduce, yakni upaya menurunkan emisi GRK dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi. Elemen kedua adalah reuse, yaitu penggunaan kembali emisi karbon dan menjadikannya bahak baku industri.
Baca Juga: Pengembangan EBT butuh akselerasi, begini strategi Kementerian ESDM
Selanjutnya, elemen ketiga adalah recycle atau proses menetralkan emisi karbon melalui proses alami dan dekomposisi. Elemen yang keempat adalah remove, yaitu menghapus emisi dari atmosfer serta industri berat dan fasilitas melalui penangkapan maupun penyimpanan karbon.
Sebagai penutup, Menteri-menteri Energi G20 sepakat untuk mendorong transisi menuju energi bersih dengan berbagai opsi, teknologi, dan bahan bakar yang lebih luas sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing negara.
Selanjutnya: Menteri ESDM: Penerapan kembali cost recovery akan mempermudah investasi hulu migas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News