Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meresmikan operasional Prototype Diesel Dual Fuel (DDF) Crewboat milik PT. Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Peresmian dilakukan di Pelabuhan Somber Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (12/8).
Menteri Arifin mengatakan, dengan peresmian prototype DDF Crewboat ini merupakan salah satu bukti nyata partisipasi aktif perusahaan minyak dan gas bumi (migas) Indonesia) yang dapat memberikan manfaat secara signifikan bagi PHM dan masyarakat secara umum.
Dunia saat ini, kata Arifin, tengah bergerak menuju ke arah green energy, termasuk pada sektor transportasi, di mana International Maritime Organization (IMO) juga sudah merumuskan pemakaian bahan bakar transportasi yang ramah lingkungan dengan low maupun zero carbon.
Baca Juga: Kementerian ESDM Beri Relaksasi TKDN PLTS, Cek Batas Waktunya
"Jadi inisiatif crewboat ini untuk hybrid, diesel dual fuel system ini patut kita hargai, tentu saja melalui satu kajian dengan perhitungan-perhitungan yang matang sehingga bisa dilaksanakan dengan baik sehingga mampu mengurangi emisi dan efisiensi bahan bakar," kata Arifin dalam keterangan resmi, Senin (12/8).
Arifin berharap inisiatif modifikasi kapal DDF ini bisa segera diterapkan di kapal-kapal lainnya, karena memiliki tingkat efisiensi yang sangat besar, yakni mencapai 80% untuk per satu kapal yang telah dimodifikasi menjadi DDF.
"Ini kan baru 2024, trial setahun bagus. Kemudian bisa ekspansi ke kapal-kapal yang lain. Jika lebih banyak, nanti dari hasil ini kan kita kaji, hal-hal apa yang memang bisa membuat inisiatif dan motivasi dari pengusaha-pengusaha kapal. Kalau memang mempunyai nilai keekonomian, investasi yang baik. Mereka bisa melakukan investasi lagi until melakukan modifikasi," jelas Arifin.
Selain itu, Arifin mengatakan penggunaan kapal DDF akan memaksimalkan produksi gas dalam negeri dan tidak bergantung terhadap minyak bumi yang harganya semakin tinggi.
"Karena kita lihat sekarang, dengan konstelasi geopolitik yang ada, hargannya (minyak) itu bisa dikontrol dan tidak akan mungkin turun di bawah USD70 per barel lagi. Jadi kalau harganya turun 5, produksinya di turunkan 9 lagi. Kita amati sekarang ya, seperti yoyo, kita harus challenge ini dimanfaatkan sumber energi apa yang ada di dalam negeri," pungkasnya.
Sementara itu General Manager PHM, Setyo Sapto Edi menyampaikan teknologi kapal DDF tersebut merupakan bagian dari efisiensi transportasi yang dilakukan oleh PHM. Apabila menggunakan kapal berbasis diesel akan memakan bahan bakar sebanyak 1.500 liter hari, dan menggunakan DDF, bahan bakar diesel hanya sekitar 40% dan 60% sisanya dari LNG.
"Efisiensi yang kami dapatkan dari crewboot tersebut adalah kalau kita estimasi dengan 1 hari 1.500 liter, kemudian menggunakan 1 hari itu 30 MMBTU LNG, efisiensinya adalah sekitar Rp12 juta per hari," tutupnya.
Sebagai informasi, DDF Crewboat adalah kapal dengan mesin diesel yang dimodifikasi sehingga mesin tersebut bisa berjalan dengan campuran bahan bakar diesel dan natural gas. Teknologi ini tidak sepenuhnya menghilangkan penggunaan bahan bakar diesel, tapi akan mengurangi pemanfaatan diesel. Tabung LNG akan diletakkan pada kompartemen tangki bahan bakar.
Dari hasi studi PHM, potensi optimasi dari pemanfaatan DDF tersebut akan mengurangi penggunaan bahan bakar diesel sekitar 6.050 Kiloliter per tahun untuk 10 crewboat yang beroperasi di offshore WK Mahakam, dan berpotensi mengurangi biaya operasional sebesar US$ 4,1 juta per tahun.
Baca Juga: Hanya 6 Lokasi, Ormas Ramai-Ramai Ajukan Permintaan Kelola Tambang, Bakal Rebutan?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News