Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menilai perang dagang antara Amerika Serikat dengan China merupakan momentum yang bagus untuk mendorong sektor perikanan.
Pasalnya, pasar ke AS jadi terbuka lebar. Namun Susi menegaskan jangan sampai pihak asing mengambil kesempatan ini untuk menukar kapal mereka dengan bendera Indonesia.
"Jangan sampai pelaku usaha Indonesia, bukannya menambah produksi malah peminjaman nama supaya barang-barang China masuk ke kita, atau tranship document," katanya, Jumat (21/9).
Menurut Susi pada 2004 silam, Indonesia pernah diancam embargo produk ikan oleh AS karena ditemukan kasus tukar-pinjam nama dan bendera kapal dengan asing. Akibatnya ikan yang diakui berasal dari Indonesia dan masuk ke AS, setelah diperiksa ternyata berasal dari area lain.
Kejadian ini sempat membuat Indonesia nyaris dikenai embargo. Oleh karenanya, Susi ingin memastikan kejadian ini tidak terjadi lagi. Caranya dengan menerapkan kebijakan Legal Reported Regulated Fishing (LRRF) atau pelaporan terpadu untuk membasmi Illegal Unreported Unregulated Fishing (IUUF).
Selain itu, untuk mengurangi IUUF, KKP juga tegas menenggelamkan kapal berbendera asing yang berlayar di perairan Indonesia. Pada periode November 2014-Agustus 2018, sudah 488 kapal yang ditenggelamkan. Sebanyak 462 diantaranya milik asing, mayoritas berasal dari Vietnam dan diikuti dari Filipina.
Ketika ditanya mengenai kebijakan penenenggelaman kapal, Susi menyatakan tidak akan menghentikannya. "Undang-undangnya ditenggelamkan, maka ya ditenggelamkan," tegasnya.
Asal tahu, kini KKP melaporkan kenaikan nilai ekspor perikanan sebesar 12,88% pada periode Semester pertama 2018 jadi US$ 2,27 miliar. Kinerja ini juga dibarengi kenaikan volume ekspor sebesar 7,21% atau setara 510.050 ton.
Sedangkan pada data neraca perdagangan perikanan semester pertama 2018, nilainya capai US$ 2,05 miliar atau naik 13,88% dari kinerja periode sama tahun lalu di US$ 1,81 miliar.
Dari sisi komoditas utama, produk udang beri kontribusi senilai US$ 859,15 juta, naik 7,57% yoy. Volumenya naik 14,13% ke 95.230 ton. Kemudian komoditas tuna, nilainya naik 25,33% setara US$ 275,88 juta atau besaran 54.130 ton, naik 7,55% yoy. Komoditas rajungan-kepiting naik 21,31% jadi US$ 241,64 juta, volume naik 2,67% jadi 14.570 ton.
Kemudian ada komoditas cumi-sotong-gurita yang nilainya naik 42,12% jadi US$ 228,72 juta sedangkan nilainya capai 65.490 ton. Rumput laut juga mengalami kenaikan ekspor 59,87% jadi US$ 128,65 juta dan volume naik 13,02% jadi 92.680 ton.
Susi menyatakan, secara nilai ekspor ikan terus naik. Tapi secara volume, ekspor tangkap ikan semester pertama 2018 lebih rendah dari kinerja 2014 dan 2016.
"Artinya sudah selektif sesuai value, bukan hanya sampah dan ikan kecil," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News