kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.968.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.296   -38,00   -0,23%
  • IDX 7.118   -48,47   -0,68%
  • KOMPAS100 1.035   -9,01   -0,86%
  • LQ45 795   -6,82   -0,85%
  • ISSI 230   -1,51   -0,65%
  • IDX30 414   -1,63   -0,39%
  • IDXHIDIV20 485   -0,53   -0,11%
  • IDX80 116   -0,98   -0,84%
  • IDXV30 119   0,20   0,16%
  • IDXQ30 133   -0,23   -0,17%

Menuju Obi, Kapal Berhenti di Tengah Laut Sampai Ada Lampu Terang Saling Bersahut


Senin, 16 Juni 2025 / 21:17 WIB
Menuju Obi, Kapal Berhenti di Tengah Laut Sampai Ada Lampu Terang Saling Bersahut
Dermaga tempat bersandar kapal menuju Pulau Obi di Halmahera Selatan, Maluku Utara.


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -HALMAHERA SELATAN. Program hilirisasi mineral untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral sudah mulai terlihat bentuknya. Adalah PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel yang sudah menyulap Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara yang sepi menjadi Kawasan super sibuk dengan adanya aktivitas pertambangan nikel terintegrasi dengan proyek smelter.

Siapa sangka, Pulau Obi di Timur Indonesia tersebut rupanya menyimpan mineral nikel yang tengah dicari pelaku usaha kendaraan listrik sebagai baterai. Pulau yang sejajar dengan kepala burung pulau Papua ini telah membawa asa bagi Masyarakat setempat dan juga daerah Halmahera Selatan.

Geliat pertambangan dan industri smelter di sana membuat Pulau Obi menjadi magnet. Tahun depan, kabarnya akan ada bandar udara internasional yang akan berdiri di sana. Dengan fasilitas tersebut ekonomi di daerah Halmahera Selatan bisa tumbuh cepat.

Pulau Obi, yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut kini menjadi kebanggan Provinsi Maluku Utara sebagai penopang ekonomi daerah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa ekonomi Maluku Utara Triwulan I-2025 mengalami pertumbuhan sebesar 34,58% (Y-on-Y).

Dari sisi produksi, lapangan usaha pengadaan industri pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 75,30%. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen ekspor mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 51,17%.

Meski demikian, akses ke Pulau Obi dan pada umumnya Indonesia Timur masih sulit. Kontan.co.id berkesempatan mengunjungi Pulau Obi. Dari Bandara Soekarno-Hatta rombongan media berangkat pukul 01.00 dini hari dan baru tiba di Ternate pukul 04.55 WIT. Perbedaan waktu antara WIB dengan WIT sekitar 2 jam.

Perjalanan dari Jakarta menuju Ternate ditempuh dengan waktu 3 jam 30 menit. Setelah mendarat di Bandar Udara Sultan Babullah Kota Ternate, Maluku Utara rombongan kembali naik pesawat ATR dengan waktu tempuh 50 menit menuju Pulau Bacan. Pulau ini adalah penghasil batu bacan yang beberapa tahun lalu sempat booming.

Setelah sampai di Pulau Bacan dengan nama bandara Oesman Sadik kita bergeser ke Pelabuhan untuk menunggangi Kapal Speed Boat. Kapal berukuran kecil dengan kapasitas sekitar 10 orang itu melaju ke Pulau Obi dengan waktu tempuh 3,5 jam.

Perjuangan menaiki kapal di perairan laut lepas bukan tanpa tantangan. Ombak yang besar kerap menghantam lambung kapal dan sesekali kapal goyang, suasana makin ngeri tatkala tidak ada kapal-kapal lain yang terlihat sepanjang perjalanan. Tetapi, laut yang ganas itu membawa kapal melaju cepat menyusuri pulau berbukit di pinggir laut.

Setelah hampir 2 jam perjalanan, tiba-tiba kapal berhenti sementara langit mulai gelap. “Kapten kapal bilang bukan solar habis, tetapi ada rumput yang menyangkut di baling-baling, kita harus menunggu agar lepas sendiri terbawa arus,” kata Fazry salah satu wartawan yang ikut dalam rombongan.

Beruntung, kapal mulai bisa distarter kembali dan melaju kencang hingga akhirnya terlihat lampu saling bersahut-sahut di pinggir pulau. Crane dan kapal kapal besar bersandar, itulah Pulau Obi yang geliatnya tak pernah padam ketika ada tambang nikel dan smelter di sana. Apalagi hati mulai Bahagia tatkala dermaga kecil mulai terlihat di pelupuk mata yang sayu karena lelah.

Hari mulai gelap dan rombongan langsung menuju mess, semacam penginapan yang sangat layak di tengah pertambangan dan smelter. Di sana listriik tidak jadi kendala, tidak ada byarpet seperti di daerah 3 T pada umumnya.

Oh ya, di Pulau Obi juga hanya ada sinyal internet Telkomsel yang ditopang oleh 8 BTS Telkomsel yang gagah berdiri di antara komplek smelter dan penginapan karyawan Harita Nickel. Menariknya, Harita Nickel juga membangun activity center di penginapan.

Fasilitasnya tidak kaleng-kaleng, ada bioskop, tempat gym, biliar, karaoke, lapangan badminton, tenis meja, cukur rambut, kolam renang, café-café, sampai perpustakaan dan arena bermain playstation. Fasilitas tersebut bisa digunakan karyawan yang sudah lelah bekerja.

Gedung activity center tersebut berdiri megah dengan tiga lantai membuat serasa bukan di sebuah pulau yang sepi. Apalagi kata Media Relations Manager Harita Nickel Ani Rahmi, nanti aka nada Rumah Sakit Siloam yang akan dibangun.

Ia mengatakan bahwa fasilitas yang ada di sini menandakan perusahaan sangat serius untuk memperhatikan karyawan. “Bioskop misalnya, dibuat mirip yang di Jakarta dengan layar super besar. Filmnya ada Box Office juga,” kata dia, Kamis (12/6).

Rombongan media berkesempatan menikmati bioskop untuk menonton Film Ngomi oh Obi. Film documenter garapan sutradara Arfan Sabran bekerjasama dengan TV Tempo, menggambarkan realitas Masyarakat di tengah industri pertambangan.

Hari mulai gelap, rombongan wartawan kembali ke penginapan untuk beristirahat sebelum esok harinya mengunjungi lahan reklamasi, pembibitan tanaman, smelter, dan beberapa fasilitas lainnya di sekitar tambang. (Bersambung)

Selanjutnya: Bank Mandiri Optimistis Target Penjualan SR022 Tercapai Hingga Hari Terakhir

Menarik Dibaca: Suka Minum Susu? Ini 5 Efek Terlalu Banyak Minum Susu yang Wajib Anda Tahu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×