Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
Selain memasok dari para mitra tersebut, Etanee juga sudah memiliki 20 titik stokist atau gudang penyimpang di delapan kota yaitu, Jabodetabek, Cianjur, Cipanas dan Bandung.
Kedua Etanee sebagai platform digital yang sediakan bahan pangan siap makan. Herry menyebut pengguna dapat memesan dengan warung makan, kios, restoran, warung rakyat yang didigitalisasi menggunakan Etanee.
"Diferensiasi ada di rantai di B2B terutama cold chain atau rantai dingin yang buat harga pangan itu naik turun. Bahan pangan berbasis pertanian kalau nggak bisa dijaga jadi cepat busuk rusak dan harganya hancur. Nah kita ciptakan rantai dingin, saat panen raya produk itu bisa disimpan, sehingga punya life time, harga stabil, supply stabil," jelas Herry.
Baca Juga: Kemenkop dan UKM bertekad mengurangi dominasi susu impor
Etanee juga memastikan di hulu mitra mereka dapat membina para petani dan peternak rakyat. Karena misi sosial Etanee adalah bagaimana rantai pasok pangan dikuasai oleh masyarakat itu sendiri bukan satu dua pemain besar saja.
Pengguna nantinya otomatis akan diarahkan sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pengguna akan membeli grosir maka sistem akan mengarahkan ke stokist atau mitra grosir Etanee, dan sebaliknya bagi yang ingin membeli bahan pangan secara curah.
Tak perlu repot nantinya akan ada kurir yang mengantarkan pesanan ke alamat pemesan. Herry menyebut selain dapatkan kualitas bahan pangan yang terjamin kesegarannya, pengguna juga dapatkan harga yang kompetitif.
Etanee memberikan harga sampai 20% lebih murah dari pasar lantaran penyederhanaan rantai distribusi bahan pangan.
Etanee juga sediakan kesempatan bagi kaum ibu dan masyarakat umum untuk berwirausaha dengan menjadi agen Etanee. Kini sudah ada 2.500 agen terdaftar di Etanee. Para agen dapat jadi perpanjangan stokist Etanee dengan menjual ke lingkungan sekitar mereka.
Baca Juga: Belanja pemerintah pusat turun 6,2% di Januari, ini penyebabnya