kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.986.000   17.000   0,86%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Menyelamatkan dan Menuai Untung dari Budidaya Terumbu Karang


Senin, 25 Agustus 2008 / 20:26 WIB
Menyelamatkan dan Menuai Untung dari Budidaya Terumbu Karang


Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Indonesia memang terkenal dengan keanekaragaman terumbu karang. Setidaknya, luas terumbu karang di Indonesia lebih dari 51.000 kilometer persegi (km2) dengan 354 spesies yang masuk dalam 75 marga. Jangan heran, terumbu karang Indonesia banyak menghiasi akuarium di luar negeri.

Permintaan tinggi ini mengakibatkan pencurian terumbu karang marak. Data dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebut, sekitar 61% areal terumbu karang di Indonesia rusak. Sekitar 15% di antaranya sudah sangat kritis. Padahal, tanpa perlu merusak, keuntungan dari terumbu karang masih bisa diraih. Caranya adalah membudidayakannya.

Salah satu pembudidaya terumbu karang yang sudah menikmati hasil adalah Mahmudin, warga Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu. Ia mengaku mulai akrab dengan bisnis karang hias sejak 1987. Awalnya, ia hanyalah pencari terumbu karang alam dan menjual ke pembeli.

Setelah tahu cara budidaya lewat transplantasi dari Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, mata Mahmudin mulai terbuka. "Sejak mendapat pelatihan, saya berpikir membudidayakan terumbu karang karena prihatin pada rusaknya koral alam di sekitar perairan Pulau Pramuka," katanya.

Mahmudin mulai mengumpulkan karang rusak setiap minggu. Lalu, ia mencoba menempelkan bagian yang masih hidup di atas media semen. "Ternyata, setelah satu minggu, karang itu bisa hidup," ujarnya.

Mahmudin terus menyetek beragam spesies terumbu karang dan menjualnya dalam partai kecil pada pembeli yang kebetulan berkunjung ke Pulau Pramuka. Akhirnya, pada tahun 2000, Mahmudin mendapat bantuan dari Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu dengan melegalkan bisnis budidaya terumbu karang ini. "Persis pada 2004, bisnis terumbu karang ini sudah legal. Sehingga mulai 2006, produk ini bisa dijual ke pasar ekspor," tambahnya.

Ekspor ke 26 negara

Bisnis budidaya terumbu karang Mahmudin terus berkembang. Ia mampu membudidayakan sekitar 214 spesies dari sekitar 24 marga terumbu karang. Semuanya sudah mendapat izin dan restu dari Departemen Kelautan dan Perikanan.

Saat ini, dibantu 23 pekerja, hasil budidaya terumbu karang Mahmudin sudah merambah ke 26 negara. Antara lain menuju Amerika Serikat, Australia, Jerman, serta Belanda. "Dalam satu bulan, biasanya saya bisa ekspor 1.000 terumbu karang. Dengan tinggi minimal 4 cm dan maksimal 12 cm, harga per terumbu berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp 10.000, tergantung dari besar kecilnya," tukasnya.

Jenis terumbu karang yang paling banyak dicari adalah Acropora Karang Meja serta Acropora Karang Tanduk. Dari penjualan terumbu karang hasil budidayanya itu, Mahmudin mengaku bisa meraup omzet sebesar Rp 5 juta sampai Rp 7 juta per bulan. Padahal, dulu, ia memulai usaha hanya bermodal ribuan rupiah untuk membeli semen serta paralon sebagai media tanam terumbu karang.

Pondok Karang,
Kel. Pulang Pranggang,
Kabupaten Kepulauan Seribu
Telepon: 081380032499

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×