kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Merosot selama pandemi, Kino Indonesia (KINO) mulai genjot penjualan ekspor


Rabu, 10 November 2021 / 16:56 WIB
Merosot selama pandemi, Kino Indonesia (KINO) mulai genjot penjualan ekspor


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kino Indonesia Tbk bakal kembali menggenjot penjualan ekspor. Pasalnya, pandemi Covid-19 yang merebak sejak tahun lalu telah merontokkan kinerja ekspor perusahaan yang memiliki kode emiten KINO ini.

Direktur Kino Indonesia Budi Muljono membeberkan, sebelum masa pandemi, porsi penjualan ekspor KINO berkisar di level 10%-11%. Namun saat ini, porsi ekspor hanya berada di sekitar 7,5% dari total penjualan KINO.

Namun, Budi menyebut bahwa telah ada perbaikan kinerja ekspor pada periode paruh kedua 2021. "Kalau dibandingkan tahun lalu atau awal tahun ini, sempat turun sampai 5%. Dengan sekarang sudah balik ke 7,5% harapannya akan makin besar (porsi ekspor) ke depannya," kata Budi dalam public expose yang digelar secara virtual, Rabu (10/11).

Budi menekankan, KINO melihat pasar luar negeri sebagai potential market yang menarik untuk dikembangkan. KINO pun membidik ada peningkatan dengan porsi yang signifikan dari pasar ekspor terhadap kinerja penjualan.

Segmen produk perawatan tubuh (personal care) bakal menjadi andalan KINO dalam menggarap pasar ekspor. "Biasanya personal care itu yang lebih masuk akal dalam penerimaan produk juga market size-nya," ujar Budi.

Baca Juga: Kino Indonesia (KINO) sudah serap belanja modal Rp 280 miliar hingga kuartal III-2021

Adapun KINO memiliki beberapa cabang di negara Asia Tenggara dan Asia Timur. Malaysia, Filipina, China dan Jepang menjadi pasar utama. Selain itu, KINO juga memiliki distributor di Benua Australia, Eropa, Afrika serta Amerika.

"Kami memiliki distributor di banyak negara. Jadi kami bisa ekspor ke banyak negara di dunia, makannya kami melihat pasar ekspor bisa dibesarkan lagi," sebut Budi.

Sebagai informasi, saat ini segmen minuman berkontribusi paling tinggi, yakni sekitar 48% terhadap total penjualan KINO. Pada segmen ini, penjualan didominasi oleh produk penyegar Cap Kaki Tiga, Cap Panda dan minuman berenergi Panther.

Selanjutnya, segmen perawatan tubuh menyumbang 40%. Penjualan segmen ini ditunjang oleh produk vitamin rambut, pasta gigi halal, pencuci perlengkapan bayi, dan handsanitizer.

Lalu, segmen makanan dan makanan hewa berkontribusi sebanyak 10% dari total penjualan KINI. Sedangkan segmen farmasi menyumbang 2%, yang ditopang oleh produk Lola Remedios yang diekspor ke Filipina.

 

Hingga periode September, KINO mencatatkan penjualan sebesar Rp 2,93 triliun atau turun 5,78% dibandingkan capaian di kuartal ketiga tahun lalu yang mencapai Rp 3,11 triliun.

Jika dirinci, penjualan KINO ditopang oleh segmen produk minuman senilai Rp 1,40 triliun, perawatan tubuh sebesar Rp 1,17 triliun, produk makanan sebesar Rp 304,80 miliar, farmasi Rp 46,22 miliar, serta makanan hewan Rp 189,63 juta.

Dari sisi bottom line, KINO meraih laba bersih sebesar Rp 82,80 miliar pada periode sembilan bulan 2021. Capaian itu merosot hingga 48,79% dibandingkan laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 161,69 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

KINO pun tidak memasang target yang muluk-muluk hingga akhir tahun nanti, lantaran kondisi di periode kuartal IV-2021 dirasa masih menantang. Tapi, dengan pengendalian kasus Covid-19, vaksinasi yang gencar dilakukan, serta ekonomi yang kembali bergerak, KINO optimistis bisa menjaga kinerja penjualan dan laba bersih di level yang sama seperti realisasi tahun lalu.

Baca Juga: Hingga akhir 2021, Kino Indonesia (KINO) berikhtiar mengejar capaian kinerja keuangan

"Kami masih melihat situasi di kuartal keempat ini, karena tantangan masih cukup berat. Kami harapkan akan lebih membaik, sehingga bisa mengejar penjualan dan profit di tahun 2020. Target kami bisa menyamakan, tapi masih harus melihat apakah bisa dicapai dengan kondisi market yang ada," jelas Budi.

Asal tahu saja, sepanjang tahun lalu KINO mencetak pendapatan sebesar Rp 4,02 triliun. Di bottom line, KINO meraih laba bersih sebesar Rp 113,6 miliar.

Selanjutnya: Kehadiran bank digital akan mendorong pertumbuhan ekonomi syariah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×