Reporter: Leni Wandira | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri sepeda motor listrik di Indonesia tengah memasuki fase baru. Setelah pemerintah menghentikan insentif pembelian, pelaku usaha kini menjalankan bisnis secara organik dengan mengandalkan kekuatan produk, strategi harga, pembiayaan, dan layanan purna jual.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI), Hanggoro, menilai meski ada penyesuaian, perkembangan positif tetap terlihat di pasar.
"Perkembangan positif tetap terlihat, terutama dari konsumen ritel, pengguna ride-hailing, dan segmen B2B yang semakin percaya diri memakai motor listrik,” ujarnya kepada Kontan, Senin (29/9/2025).
Baca Juga: AISMOLI Optimistis Tren Penjualan Motor Listrik pada Kuartal III-2025 Masih Positif
Hanggoro menjelaskan, target penjualan nasional 100 ribu unit tahun ini lebih diposisikan sebagai arah aspiratif industri, bukan angka kaku. AISMOLI sendiri tidak memiliki data resmi penjualan sehingga tidak bisa memastikan capaian riil.
“Sampai kuartal III, kami belum bisa menyampaikan angka pasti karena bukan domain AISMOLI untuk merilis data penjualan resmi. Namun kami melihat sinyal positif, anggota mulai menemukan model bisnis yang lebih sehat walau tanpa insentif,” katanya.
Sejumlah strategi yang ditempuh anggota AISMOLI antara lain efisiensi biaya produksi, penguatan rantai pasok lokal, memperluas opsi baterai seperti swap, sewa, dan fast charging, hingga memperkuat pembiayaan ramah konsumen.
Pertumbuhan permintaan paling jelas terlihat dari segmen ride-hailing dan armada logistik (B2B) yang mengandalkan efisiensi total cost of ownership (TCO).
Hanggoro menambahkan, pameran otomotif seperti IMOS masih memiliki peran penting walau konteksnya berbeda. Kini pameran berfungsi lebih sebagai ajang edukasi dan branding, sekaligus kanal untuk membangun kepercayaan konsumen melalui test ride serta interaksi langsung.
"Selain konsumen ritel, pameran juga jadi titik temu strategis dengan korporasi dan pelaku ride-hailing yang sedang mengkaji elektrifikasi armadanya,” ungkapnya.
Baca Juga: AISMOLI Sebut Wacana Subsidi Motor Listrik pada Agustus, Dorong Kenaikan Penjualan
Memasuki kuartal IV, AISMOLI melihat sejumlah momentum yang bisa memperkuat penjualan. Biasanya periode akhir tahun didorong oleh kampanye pabrikan, sementara minat dari sektor fleet dan ride-hailing terus meningkat karena perhitungan efisiensi.
Konsumen ritel juga mulai melihat motor listrik bukan sekadar karena insentif, tetapi alasan biaya operasional dan gaya hidup.
Selain itu, regulasi lain seperti kewajiban tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), pengadaan pemerintah, serta pembangunan infrastruktur baterai tetap berjalan.
Fokus asosiasi saat ini adalah mendorong pemerataan SPBKLU/SPKLU serta meningkatkan edukasi publik melalui kampanye multipihak. Dengan tren tersebut, AISMOLI menilai industri motor listrik tengah memasuki fase uji ketahanan.
“Justru ini menjadi titik balik penting. Kami melihat anggota semakin kreatif dalam menjalankan bisnis secara organik, dan itu menjadi fondasi pertumbuhan jangka panjang,” pungkasnya.
Selanjutnya: Aliansi Ekonom Ingatkan Risiko Crowding Out dalam Anggaran Program MBG
Menarik Dibaca: 5 Zodiak yang Gampang Ilfeel ke Pasangan, Siapa Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News