Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Animo masyarakat menggunakan fasilitas panel surya alias PLTS Atap tampaknya kian berkembang.
Fabby Tumiwa, Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) menyebut di Indonesia permintaan fasilitas panel surya kian bertambah.
"Di Indonesia, tahun 2018 lalu, konsumen PLTS Atap hanya 609 pelanggan. Tahun 2021, ternyata meningkat menjadi 4133 pelanggan. Potensi pasarnya begitu besar, sehingga perlu kita siapkan tenaga-tenaga ahli dalam negeri agar dapat memenuhi permintaan pasar yang tinggi tersebut," ujar Fabby Tumiwa dalam keterangannya, Sabtu (6/11).
Fabby menambahkan kehadiran Solarpreneur Development Center akan sangat membuka peluang tenaga-tenaga ahli PLTS Atap bersertifikasi untuk terjun ke dunia wirausaha berbasis energi terbarukan.
"Sinergi dengan entitas bisnis akan sangat mempercepat tujuan tersebut. Misalnya, Utomo SolaRUV yang menyediakan produk-produk inverter dari produsen inverter global. Lalu masyarakat dilatih bagaimana cara memasang PLTS Atap yang benar, harapannya mereka bisa membangun bisnis energi bersih. Barang bagusnya ada, jasa berkualitasnya juga ada," tambah Fabby.
Baca Juga: Pengguna PLTS Atap melonjak, ESDM terapkan pasang SNI
Sebelumnya, Utomo SolaRUV, perusahaan penyedia solusi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkolaborasi dengan Universitas Surabaya (Ubaya) meresmikan Solarpreneur Development Center (SDC).
Melalui Solarpreneur Development Center, Utomo SolaRUV memberikan pelatihan pemasangan PLTS Atap bersertifikasi bagi para pemuda dan masyarakat untuk melahirkan solarpreneur-solarpreneur handal.
Anthony Utomo, Managing Director Utomo SolaRUV yang juga Wakil Ketua Komite Tetap Kebijakan Dan Regulasi Bidang ESDM KADIN (Kamar Dagang dan Industri) Pusat, mengatakan bahwa kehadiran Solarpreneur Development Center juga untuk memperkuat ekosistem PLTS Atap di Indonesia.
“Selain mendorong kehadiran solarpreneur, kami juga membuka peluang kemitraan agar mereka yang sudah terlatih ini tidak cuma mengerjakan pekerjaan di lapangan, tapi berani terjun ke bisnis PLTS Atap”, ujar Anthony.
Peluang kemitraan yang dimaksud adalah membuka outlet energi Juragan Atap Surya di setiap daerah di Indonesia.
Outlet energi Juragan Atap Surya sendiri didirikan dengan tujuan menjadi penyedia tenaga, penyedia jasa dan maintenance terlatih guna pemanfaatan peluang usaha di bidang energi terbarukan dan katalisator penciptaan tenaga kerja hijau (green jobs).
Hingga kini, Outlet energi Juragan Atap Surya telah beroperasi di Bali, dan kedepannya fokus dikembangkan di provinsi Jawa Timur serta Jakarta.
Baca Juga: Harga PLTS atap makin kompetitif, berapa tarifnya?
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, menyampaikan apresiasinya atas upaya menjadikan kota Surabaya sebagai kota bisnis yang menjunjung tinggi aspek keberlanjutan.
"Sudah biasa kalau Surabaya disebut kota terpanas di Indonesia. Tapi melalui solarpreneur Development Center, kita sadar bahwa panas Surabaya bisa jadi sumber lapangan kerja Arek-Arek Suroboyo. UBAYA menyediakan kajian teori dan praktikal. Utomo SolaRUV menyediakan pendampingan sistem solar panel berkualitas dan berSNI. Masyarakat berpartisipasi aktif mengaplikasikan”, ujar Eri Cahyadi.
Hingga akhir 2020, bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) Indonesia baru sekitar 11,5%. Demi mengejar target 23% dalam empat tahun ke depan, Indonesia harus membangun 14-18 GW pembangkit listrik EBT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News