kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MIND ID masih menanti regulasi pengembangan Logam Tanah Jarang dalam skala komersil


Kamis, 13 Agustus 2020 / 17:58 WIB
MIND ID masih menanti regulasi pengembangan Logam Tanah Jarang dalam skala komersil
ILUSTRASI. CEO Mind ID Orias P. Moedak


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

Rendi memberikan gambaran perbedaan LTJ di China dan di Indonesia. Di Negeri Tirai Bambu, LTJ bisa ditambang langsung, sementara di Indonesia merupakan sisa olahan atau mineral ikutan.

"Jadi kedua (yang harus dipastikan) adalah masalah cadangannya itu," sambung Rendi.

Merujuk catatan Kontan.co.id, MIND ID sudah melakukan identifikasi pada sejumlah jenis LTJ yang ada di Indonesia. Namun sampai saat ini yang paling dominan teridentifikasi baru pada monasit dari timah dan lumpur merah (red mud) dari pengolahan bauksit menjadi alumina.

Baca Juga: Pembangunan Pabrik Logam Tanah Jarang Terkendala Mesin dari China

"Ada beberapa (LTJ yang teridentifikasi), tapi yang paling dominan dua itu," kata Rendi saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/7).

Dari sejumlah pertimbangan mulai dari tingkat cadangan, keekonomian dan teknologi pengolahan, Rendi mengungkapkan bahwa pengembangan monasit dari pertambangan timah di Bangka Belitung masih perlu waktu lebih lama lagi. Sebab, masih dibutuhkan eksplorasi lanjutan untuk mengetahui tingkat  cadangan yang berkelanjutan.

Menurut dia, hal itu penting lantaran ketersediaan dan keberlanjutan bahan baku akan mempengaruhi tingkat keekonomian yang layak saat pabrik pengolahan (smelter) itu dibangun. 

Namun, beda kasusnya dengan lumpur merah (red mud). Pasokan red mud sebagai produk samping atau sisa olahan bauksit menjadi alumina ini bakal melimpah, setelah beroperasinya Smenter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat.




TERBARU

[X]
×