Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Kenaikan harga gandum akan berimbas pada kenaikan ongkos produksi industri bakery. Salah satu produsen yang bakal kena imbasnya adalah perusahaan roti Lauw.
Manajer Produksi Lauw Bakery Ronico Ryuswardy mengatakan, berdasarkan pembicaraan dengan pemasok terigunya, minggu ini belum ada perubahan harga karena masih ada stok terigu lama. "Tapi untuk minggu depan harga terigu akan mulai naik," kata Ronico, Kamis (12/8).
Meski harga terigu naik, tapi ia mengatakan tidak bisa serta merta menaikkan harga jual produk ke konsumen. "Harga jual produk saat ini sudah cukup tinggi, sehingga menaikkan harga produk adalah opsi terakhir yang akan dipilih," kata Ronico.
Untuk menyiasati kenaikan harga tepung terigu, Ronico bilang akan melakukan efisiensi biaya komponen lain. "Kenaikan harga produk adalah opsi terakhir dan akan melihat sampai seberapa besar kenaikan harga tepung terigunya," ungkapnya.
Kenaikan harga terigu di pasar domestik ini memang tidak bisa dihindari. Pasalnya, Rusia sudah mengumumkan akan menahan ekspor gandumnya mulai 15 Agustus 2010 mendatang hingga akhir tahun 2010 nanti karena produksi gandumnya mengkerut akibat kekeringan yang berkepanjangan. Hitung punya hitung, produksi gandum Rusia diprediksi akan menyusut 21%.
Di Rusia, ini merupakan kekeringan yang paling buruk dalam 50 tahun terakhir ini. Panenan Rusia hanya akan mencapai 49 juta metrik ton; level panenan yang paling buruk sejak 2006. Tahun lalu, Rusia memanen 61,7 juta metrik ton.
Di pasar internasional, harga kontrak gandum kian menunjukkan keperkasaaannya menjelang prediksi suplai gandum global yang bakal dirilis oleh U.S. Department of Agricultures (USDA). Jika USDA menyusutkan prediksi mereka dari sebelumnya, maka harga gandum diperkirakan akan terus meningkat lantaran petani akan menyimpan hasil panenan mereka; kemungkinan karena ingin menunggu harga yang lebih tinggi lagi.
Persediaan gandum dunia pada periode tahun gandum 2010-2011 kemungkinan akan sebesar 178,78 juta ton. Hal ini tercuat dari 17 analis yang disurvei oleh Bloomberg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News