kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,08   -0,94   -0.10%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minyak goreng bidik pasar domestik


Senin, 13 Juli 2015 / 07:41 WIB
Minyak goreng bidik pasar domestik


Reporter: Adisti Dini Indreswari, Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Produsen minyak goreng nasional saat ini hanya bisa berharap pada penjualan untuk pasar dalam negeri untuk semester II-2015. Pasalnya, ekspor minyak goreng sepanjang semester I-2015 mengalami kelesuan dan sepertinya tak bisa diharapkan untuk penjualan paruh kedua tahun ini.

Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) mencatat, realisasi penjualan produk minyak goreng di pasar domestik mencapai 3.064.700 ton selama semester I-2015. Jumlah ini melebihi proyeksi di awal tahun yang hanya sebanyak 2.630.000 ton. Tahun ini, GIMNI menargetkan penjualan minyak goreng mencapai 6,58 juta ton.

Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif GIMNI optimistis permintaan produk turunan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) seperti minyak goreng di dalam negeri masih tinggi, terutama pada paruh kedua tahun ini. Menjelang Lebaran, biasanya permintaan minyak goreng melonjak tinggi. "Setiap bulan, konsumsi minyak goreng masyarakat sekitar 585.000 ton," ujarnya kepada KONTAN, pekan lalu.

Menurut Sahat, kinerja penjualan dalam negeri yang baik pada semester pertama tahun ini dapat menutuupi kelesuan pasar ekspor yang tak sesuai target. Realisasi penjualan ekspor minyak goreng di enam bulan pertama hanya 4.520.700 ton, padahal target yang ditetapkan sebelumnya mencapai 4.676.200 ton.

GIMNI sendiri menargetkan ekspor minyak goreng tahun ini mencapai 12,45 juta ton. Menurut Sahat, penjualan di pasar ekspor anjlok karena ada faktor psikologis dari negara tujuan ekspor akibat adanya rencana pungutan CPO Supporting Fund (CSF) sebesar US$ 20 per ton bagi produk turunan CPO. "Pungutan itu membuat produk Indonesia tidak kompetitif," ujar Sahat.

Selain itu, kondisi perekonomian global yang tak kondusif membuat ekspor sejumlah produk CPO, termasuk minyak goreng melemah.

Penjualan turun

Kelesuan pasar minyak goreng ini benar-benar dirasakan PT Wilmar Nabati Indonesia yang penjualannya menurun sebesar 5% pada semester pertama 2015 lalu.

Master Parulian Tumanggor, Komisaris Utama PT Wilmar Nabati Indonesia mengatakan, penyebab penurunan penjualan ini karena efek pelemahan ekonomi dunia yang ikut mempengaruhi ekonomi dalam negeri.

Kondisi perekonomian yang tidak kondusif ini menyebabkan daya beli konsumen menurun sehingga memukul industri dalam negeri. "Apalagi keuntungan bisnis minyak goreng itu hanya sedikit. Kami hanya mendapat upah produksi," ujar Tumanggor.

Kendati begitu, Tumanggor enggan membeberkan berapa total rata-rata produksi minyak goreng Wilmar setiap tahun. Namun, berdasarkan kapasitas yang terpasang, Wilmar mampu memproduksi minyak goreng sebesar 2.819.400 ton per tahun atau tertinggi di Indonesia.

Penurunan penjualan minyak goreng Wilmar ini melengkapi derita perusahaan yang sebelumnya terhempas penurunan ekspor CPO.

Menurutnya, hingga berakhirnya semester I-2015, Wilmar hanya mampu ekspor CPO sebesar 180.000 ton atau terjun bebas dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 800.000 ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×