Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. PT Modern International Tbk semakin serius menggarap bisnis makanan dan minuman. Selain mengembangkan 7-Eleven, perusahaan itu bakal berkongsi dengan Welch Foods Incorporated membangun pabrik minuman berasa di Indonesia.
Sebagai informasi, Welch Foods adalah perusahaan yang memiliki bisnis inti memproduksi jus, selai dan jeli berbahan dasar anggur. Ini adalah perusahaan yang berbasis di Concord, Massachusetts, Amerika Serikat.
Sementara Modern International, seperti Anda ketahui, adalah pemilik jaringan waralaba convinience store 7-Eleven. Nah, 7-Eleven sudah menjajakan aneka produk besutan Welch Foods Inc di gerainya.
Selain memproduksi minuman jus merek Welch, kerjasama dua perusahaan itu memungkinkan Modern International mendistribusikan dan menjual minuman itu di Indonesia. “Penandatangan perjanjian kerjasama ini merupakan salah satu realisasi rencana pemberian lisensi oleh Welch Foods Incorporated (Welch’s) kepada Modern Internasional sehingga produk minuman juice Welch’s tidak perlu diimpor lagi dari AS,” ujar Direktur Modern Internasional Henri Honoris, dalam keterangan tertulis yand diterima KONTAN.
Sayangnya, perusahaan berkode MDRN itu belum mau blakblakan perihal model kerjasama dan nilai investasi pabrik jusnya. Neneng Sri Mulyati, Manajer Pemasaran dan Hubungan Masyarakat 7-Eleven hanya menegaskan rencana perusahaannya membangun pabrik. "Kami memang akan melakukan kerjasama dengan Welch's Juice dengan membangun pabrik di sini," ujar Neneng kepada KONTAN, Senin (15/9).
Alih-alih membeberkan informasi lebih banyak, Neneng meminta KONTAN menunggu informasi resmi rencana tersebut pada hari ini, Selasa (16/9). Sebab, hari ini bertepatan dengan acara penandatanganan kerjasama Modern International dan Welch Foods.
Proyeksi investasi
Dihubungi secara terpisah, Franky Sibarani, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengaku belum tahu perihal rencana kongsi antara Modern International dan Welch Foods. Meski begitu, Gapmmi mendukung rencana itu karena bisnis minuman kesehatan seperti jus masih sangat sedikit di Tanah Air.
Setali tiga uang, Kementerian Perindustrian (Kemprin) mengaku belum mendengar rencana itu. Namun, Kemprin tak terlampau terkejut melihat ekspansi investor asing ke Indonesia. "Saya belum tahu soal rencana itu tapi investor minuman melirik pasar Indonesia karena memang di semester I lalu, industri makanan dan minuman bisa tumbuh 9%," kata Panggah Susanto Direktur Jenderal Industri Agro Kemprin.
Panggah menggambarkan, biaya investasi untuk membangun pabrik makanan dan minuman paling besar US$ 100 juta. Investasi itu meliputi pembangunan pabrik, pembelian tanah dan belanja mesin. Panggah tak bisa menyebutkan taksiran kapasitas produksi pabrik karena kapasitas produksi mesin sangat tergantung dari produk yang dibikin dan kecanggihan mesin.
Kalau gambaran Franky, bisnis minuman membutuhkan investasi awal Rp 20 miliar - Rp 50 miliar. Bbiaya itu baru mencakup dana belanja mesin saja. "Kalau dengan tanah dan bangunan itu sekitar Rp 50 milair. Namun biasanya investasi dilakukan secara bertahap," beber Franky.
Franky dan Panggah kompak berharap, pabrik itu kelak menggunakan bahan baku dalam negeri. Dengan begitu, industri agrobisnis di dalam negeri bisa turut bergairah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News