Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyebutkan pengembangan proyek listrik 35.000 megawatt (MW) bakal molor hingga tahun 2025 mendatang. Proyek ini semula ditargetkan rampung pada 2023 nanti.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini bilang penyesuaiam ini dilakukan pasca terjadi perubahan pada sisi supply dan demand listrik.
"Namun dengan menyesuaikan suplai dan permintaan, proyek 35.000 MW direncanakan akan selesai pada tahun 2025," ujar Zulkifli dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (17/6).
Baca Juga: PLN: Proyek PLTA Batang Toru akan tertunda hingga tiga tahun
Zulkifli melanjutkan, per 2019 lalu PLN telah merealisasikan sebanyak 14.793 MW. Ia mengakui terjadi penurunan beban listrik yang signifikan di tahun ini.
Demi tetap mengupayakan keberlangsungan proyek ini, Zulkifli menegaskan, PLN bakal memetakan pelanggan-pelanggan besar di sistem kelistrikan Jawa, Bali, Madura dan Sumatera.
Pasalnya, porsi pelanggan pada sistem kelistrikan tersebut berkontribusi 85% konsumsi listrik nasional. "Upaya itu dilakukan PLN untuk mengurangi kelebihan pasokan listrik yang berpotensi membuat beberapa pembangkit menjadi idle," terang Zulkifli.
Ia juga menegaskan, kendala pengembangan juga terjadi pada sisi transmisi dan distribusi listrik.
Kendala yang lazim ditemui dalam pengembangan transmisi yakni soal lahan. Sebagian lahan biasanya masuk dalam area hutan lindung ataupun persoalan lahan dengan pemukiman warga.
Baca Juga: Soal lonjakan tagihan, PLN: Maaf, komunikasi kami belum maksimal
Disisi lain, dampak pandemi covid-19 membuat kegiatan konstruksi terganjal. "Pandemi covid 19 telah membuat aktivitas ekonomi terhenti dan mengakibatkan ketersediaan material jadi terhambat sehingga pekerjaan konstraktor maupun demand dari listrik industri juga mengalami kendala sesuai dengan rencana semula," kata Zulkifli.
Adapun, proses distribusi juga terkendala alasan geografis serta kebutuhan listrik yang tak merata.
Zulkifli mencontohkan, wilayah Jabodetabek tergolong dalam wilayah yang memiliki tingkat konsumsi listrik tinggi. Sayangnya, pasokan listrik justru datang dari luar Jabodetabek.
"PLN telah mengupayakan keseimbangan regional dimana pasokan daya pada wilayah yang bebannya sangat tinggi dapat dipasok dari pembangkit terdekat sehingga mengurangi risiko adanya gangguan yang bersifat sistemik maupun ketika dalam proses pendistribusiannya," tandas Zulkifli.
Baca Juga: Walau terhalang Covid-19, PLTGU Jawa-1 tetap ditarget beroperasi Desember 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News