Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
“Jadi memang fokus kami, khususnya selama pandemi ini kita lebih banyak melakukan produk dropping atau melakukan penetrasi di daerah perumahan dan juga daerah-daerah di mana kami membuka pabrik baru,” kata Hadi dalam acara konferensi pers virtual, Rabu (26/8).
Hadi tidak menyebut berapa proyeksi ataupun target yang ingin dibidik oleh perusahaan sampai tutup tahun, namun ia optimistis bahwa perusahaan mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja.
Optimisme ini berasal dari performa kinerja topline perusahaan yang kokoh di tengah pandemi pada paruh pertama tahun ini. Hadi mengungkapkan, permintaan di beberapa titik mengalami penurunan seiring pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Baca Juga: Beban keuangan naik, laba bersih ROTI menyusut 9,86% di semester I 2020
Meski begitu, kinerja topline ROTI masih mampu bertumbuh. Tercatat, penjualan neto ROTI bertumbuh sebesar 5,50% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 1,58 triliun di semester I 2019 menjadi Rp 1,67 triliun di semester I 2020.
Sementara itu, laba bersih perusahaan tercatat turun 9,86% yoy menjadi Rp 91,43 miliar di semester I 2020 dari semula Rp 101,44 miliar di semester I 2019.
“Potensi-potensi penjualan di jalan tol stasiun MRT bandara udara bahkan di tempat wisata itu hilang sehingga mempengaruhi penjualan kita di paruh pertama 2020, pun walaupun demikian kita tetap berhasil mencatatkan pertumbuhan (penjualan),” kata Hadi.
Sampai tutup tahun nanti, ROTI menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 400 miliar. Sampai akhir paruh pertama tahun ini, perusahaan telah menyerap Rp 182 miliar dana capex.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News