kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Efisiensi Anggaran Tekan Industri Hotel, Jakarta Paling Terpukul


Selasa, 15 April 2025 / 06:49 WIB
Efisiensi Anggaran Tekan Industri Hotel, Jakarta Paling Terpukul
ILUSTRASI. Suasana di lobby hotel bintang 5 di Jakarta, Jumat (12/1/2024). Performa dan tingkat hunian hotel di Jakarta, Bali, dan Surabaya pada kuartal IV 2023 menunjukkan peningkatan positif, sebagaimana yang diungkapkan oleh Colliers Indonesia. Okupansi hotel di ketiga kota tersebut meningkat dari 60% hingga 80% pada November 2023./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/12/01/2024.


Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan efisiensi anggaran pemerintah mulai berdampak nyata terhadap kinerja industri perhotelan, khususnya di Jakarta.

Dalam laporan terbarunya, Colliers Indonesia menyebut bahwa hotel-hotel yang selama ini sangat bergantung pada belanja pemerintah menjadi yang paling terdampak.

“Hotel-hotel yang sebelumnya mulai pulih pascapandemi kini kembali menahan laju karena melambatnya belanja pemerintah,” ungkap Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers Indonesia, dalam paparan media, Senin (14/4).

Baca Juga: Industri Perhotelan Terancam PHK Massal, Okupansi Hotel Merosot hingga 20%

Tekanan ini diperburuk oleh penurunan aktivitas bisnis selama Ramadan yang berlangsung pada Maret 2025, sehingga permintaan kamar dari segmen meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) maupun perjalanan dinas ikut merosot.

Menurut Ferry, kuartal I-2025 menjadi periode terlemah bagi industri hotel di Jakarta.

“Tanpa relaksasi atau stimulus dari pemerintah, pasar hotel akan sangat mengandalkan sektor non-pemerintah,” ujarnya.

Okupansi Anjlok, Efisiensi Tak Terelakkan

Dalam survei bersama Horwath dan PHRI terhadap 717 hotel, hanya 40% responden yang merasa terdampak negatif saat kebijakan efisiensi diumumkan pada November 2024.

Namun, pada Januari 2025, angka tersebut melonjak drastis menjadi 83%. Bahkan, 46% hotel mengaku pendapatannya anjlok lebih dari 30%.

Baca Juga: Indonesian Hotel GM Association (IHGMA) Beri Rekomendasi Terkait Efisiensi Perjadin

Imbasnya, sebagian hotel mulai mengambil langkah efisiensi seperti pengurangan jam kerja, pemberlakuan cuti tak dibayar, hingga opsi menutup operasional sementara jika tekanan pasar terus berlanjut.

Meski begitu, pelaku industri masih menaruh harapan akan adanya pemulihan usai Lebaran dan menjelang musim libur pertengahan tahun.

Hotel di Lokasi Strategis Lebih Tahan Banting

Ferry menambahkan, tidak semua hotel mengalami tekanan yang sama. Hotel yang berlokasi di dekat bandara atau kawasan industri seperti pertambangan cenderung lebih tahan terhadap tekanan pasar, karena tidak bergantung pada segmen pemerintah.

Baca Juga: Efek Efisiensi Anggaran, Industri Perhotelan Diproyeksi Lesu pada Ramadan 2025

Sementara itu, Bali juga mulai merasakan dampak dari efisiensi anggaran, meskipun mayoritas pasarnya masih disokong oleh wisatawan rekreasi.

Penurunan tetap terjadi di pasar domestik dan segmen MICE, sehingga diversifikasi pasar menjadi kunci.

“Dengan target 6,5 juta kunjungan wisatawan asing dan 10 juta wisatawan domestik ke Bali, tantangannya cukup besar. Terlebih persaingan dengan Thailand dan Vietnam juga semakin ketat,” kata Ferry.

Selanjutnya: Harga Oppo A16 Terbaru April 2025 Turun Jadi 1 Jutaan, Ini Fitur Lengkapnya

Menarik Dibaca: Harga Oppo A16 Terbaru April 2025 Turun Jadi 1 Jutaan, Ini Fitur Lengkapnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×