kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Okupansi Mall Kelas Bawah Tertekan pada Kuartal I-2025, Ada Apa?


Senin, 14 April 2025 / 15:08 WIB
Okupansi Mall Kelas Bawah Tertekan pada Kuartal I-2025, Ada Apa?
ILUSTRASI. pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/18/11/2024. Kinerja pusat perbelanjaan atau mall menghadapi tekanan pada kuartal I-2025, terutama di segmen kelas menengah ke bawah.


Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pusat perbelanjaan atau mall menghadapi tekanan pada kuartal I-2025, terutama di segmen kelas menengah ke bawah. Colliers Indonesia mencatat, okupansi mall kelas tersebut hanya berkisar 50%, jauh tertinggal dari mall kelas atas yang masih bisa mempertahankan okupansi hingga 90%.

Senior Associate Director Colliers Indonesia, Ferry Salanto mengatakan, daya saing mall kelas bawah mulai tertinggal karena kurangnya inovasi konsep dan tenant mix. “Mall-mall konvensional yang tidak melakukan revitalisasi performanya menurun. Sementara mall premium tetap stabil karena menawarkan konsep hiburan yang menarik dan tenant yang beragam,” ujarnya dalam paparan media, Senin (14/4).

Ia menambahkan, kondisi ekonomi yang masih tidak stabil juga membuat pelaku ritel menahan ekspansi. Banyak tenant memilih mengoptimalkan toko yang sudah ada ketimbang membuka cabang baru.

Baca Juga: Tourindo Guide (PGJO) Pasang Target Konservatif pada 2025

Meski begitu, harapan tetap ada lewat konsep hiburan dan leisure. Beberapa mall mulai menghadirkan atraksi seperti kebun binatang digital, trek go-kart, dan pengalaman interaktif lain untuk menarik pengunjung. Konsep ini diyakini efektif menggaet impulse buyer yang datang untuk hiburan namun akhirnya melakukan pembelian.

“Mall sekarang bukan sekadar tempat belanja, tapi jadi destinasi leisure. Orang datang bukan karena butuh, tapi karena ingin rekreasi. Ini yang harus ditangkap oleh pemilik mall,” ujar Ferry.

Dari sisi tarif sewa, mall premium dan menengah atas tetap mampu mempertahankan harga karena daya beli segmen pengunjungnya lebih kuat. Sementara itu, mall kelas menengah ke bawah harus lebih fleksibel dalam menawarkan harga sewa agar tetap kompetitif.

Ferry juga mencatat, pasokan baru di Jakarta pada kuartal ini datang dari proyek Agora Lifestyle, dengan beberapa proyek ritel besar lainnya masih dalam tahap konstruksi hingga 2026. Meski ekspansi tenant masih terbatas, pemilik mall diperkirakan akan terus mengandalkan diversifikasi hiburan dan program loyalitas untuk menjaga trafik dan okupansi.

Baca Juga: Ketum Apindo Akui Daya Beli Masyarakat Melemah di Momentum Lebaran 2025

Selanjutnya: Tourindo Guide (PGJO) Pasang Target Konservatif pada 2025

Menarik Dibaca: HalalTrip Aplikasi Bagi Wisatawan Muslim

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×