kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Omzet industri kemasan semester I 2014 melonjak


Selasa, 12 Agustus 2014 / 12:14 WIB
Omzet industri kemasan semester I 2014 melonjak
ILUSTRASI. Simak tips mengelola aset kripto di tahun kelinci air dari Pluang


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Omzet industri kemasan Indonesia pada semester pertama 2014 melonjak 23% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Salah satu penopang kenaikan omzet berasal dari kenaikan harga jual oleh produsen kemasan di Indonesia.

Mengacu data Federasi Pengemasan Indonesia, omzet industri kemasan semester pertama 2014 tercatat Rp 31,5 triliun–Rp 32 triliun, naik 23% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 26 triliun.

Ariana Susanti, Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia menjelaskan, kenaikan harga kemasan merupakan imbas dari penyesuaian atas pelemahan rupiah atas dollar Amerika Serikat (AS). "Karena bahan baku kami beli dengan dollar AS," ujar Ariana kepada KONTAN akhir Juli lalu. 

Menurut Ariana, pada semester satu 2013, kurs dollar AS masih berkisar Rp 8.500–Rp 9.000. Berbeda dengan semester satu tahun ini, dimana posisi dollar AS naik ke kisaran Rp 11.300–Rp 11.800. 

Tingginya nilai tukar inilah yang membuat pelaku industri kemasan menaikkan harga jual. Sebab, 40%-50% bahan baku kemasan berasal dari impor yang dibeli dengan dolar AS.

Namun begitu, Ariana menyatakan, kenaikan omzet semester pertama juga ikut disumbang oleh kenaikan permintaan kemasan untuk kebutuhan event Piala Dunia 2014, pemilihan presiden (pilpres) dan juga Lebaran. Ketiga event ini berhasil menaikkan permintaan kemasan sebesar 15%-20% jika dibandingkan bulan-bulan biasanya.

Dengan asumsi nilai tukar dollar AS ada di posisi Rp 11.500, industri kemasan menargetkan omzet Rp 62 triliun - Rp 63 triliun sampai akhir tahun ini. Adapun tahun lalu, industri kemasan berhasil mengemas omzet Rp 53 triliun dengan asumsi nilai tukar dollar AS di kisaran Rp 8.600. 

Melihat hasil kinerja semester pertama tahun ini, pelaku industri kemasan optimistis mampu mencapai target tersebut. "Kami berharap ada kestabilan politik. Karena kami sudah ada presiden terpilih," jelas Ariana.

Mengenai realisasi dan kapasitas produksi kemasan, Ariana menyatakan masih kesulitan untuk menghitung angka pasti. Sebab, industri kemasan memiliki banyak varian jenis kemasan, sehingga pihak asosiasi sulit untuk membuat satuan hitungnya.

Untuk diketahui saja, yang tergolong dalam produk kemasan itu antara lain: kemasan plastik, kertas, kaleng, gelas dan lain-lain. Berdasarkan data Federasi Pengemasan Indonesia, sebesar 53% kemasan yang diproduksi itu berbahan baku plastik. 

Adapun kemasan plastik ini sendiri terdiri dari plastik rigid seperti botol minum, shampoo yang produksinya  mencapai sebesar 14%, dan plastik flexible sebesar 39%.Lalu, menyusul produksi dari kemasan kertas sebesar 32%. Lalu produksi kemasan kaleng sebesar 6%, kemasan gelas sebesar 3% dan lain-lain sebesar 6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×