Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar ban menunjukan tanda-tanda perbaikan memasuki paruh kedua tahun ini. Indikasi dari pemulihan pasar tercermin utilisasi pabrikan ban nasional yang meningkat di kuartal ketiga.
Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Muhammad Taufiq mengungkapkan, utilisasi pabrikan nasional pada akhir bulan Juli mencapai sekitar 70%. Memang, angka tersebut masih lebih rendah dibanding angka utilisasi pada kondisi normal yang biasanya mencapai 80%, namun angka tersebut sudah lebih tinggi bila dibandingkan dengan utilisasi pabrikan nasional pada paruh pertama tahun ini.
“(Utilisasi) semester I sekitar 40%-50%,” ujar Taufiq saat kepada Kontan.co.id, Jumat (23/10).
Sedikit informasi, berdasarkan data Kemenperin, saat total kapasitas terpasang pabrikan nasional mencapai 426,4 juta. Angka tersebut sudah mencakup kapasitas produksi ban luar dan ban luar untuk mobil, sepeda motor, maupun sepeda.
Mayoritas dari hasil produksi biasanya menyasar pasar ekspor dengan porsi 60%-70%, sisanya menyasar pasar domestik. Menurut Taufiq, peningkatan utilisasi pabrikan nasional di akhir Juli 2020 dipicu oleh pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di dalam negeri serta pelonggaran kebijakan lockdown di beberapa pasar mancanegara seperti Amerika Serikat, China, dan negara-negara di wilayah Eropa.
Sejalan dengan data yang disampaikan oleh Kemenperin, Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane berujar bahwa permintaan ban dari Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa memang mengalami peningkatan.
Baca Juga: Walau sudah ada tren pemulihan, pasar ban diperkirakan tetap terkoreksi
Peningkatan permintaan ban dari Amerika Serikat dipicu oleh kenaikan harga produk-produk ban China akibat pengenaan import duty atau bea masuk sebesar 30%-40%, sementara kenaikan permintaan dari negara-negara Eropa dipicu oleh kebutuhan ban yang melonjak pasca pelonggaran lockdown.
“Pabrik-pabrik di sana (Eropa) kan banyak yang sudah enggak produksi ataupun mengurangi beberapa pegawai, jadi demand yang melonjak tidak bisa ditutupi oleh industri di dalam negerinya,” kata Azis saat dihubungi oleh Kontan.co.id pada Minggu (25/10).
Pasar yang kembali bergairah juga dikonfirmasi oleh beberapa pemain industri ban di dalam negeri. Sekretaris Perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), Kisyuwono menyampaikan, GJTL mendapati adanya kenaikan pesanan stok dari pihak distributor mengalami kenaikan sejak awal kuartal III 2020 seiring permintaan yang meningkat. utilisasi produksi perusahaan meningkat seiring dengan kenaikan penjualan di kuartal III tahun ini.
“Kami sudah melihat adanya kenaikan pemesanan sejak awal kuartal III 2020, seiring naiknya permintaan pasar,” kata Kisyuwono kepada Kontan.co.id, Jumat (25/10).
Hal serupa juga disampaikan oleh Head of Communication PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) Wicaksono Soebroto. Tanpa menyebutkan angka, ia menyebutkan bahwa pihaknya mendapati adanya kenaikan permintaan pasar secara bulanan atau month-on-month (mom). “Permintaan alhamdulillah mulai naik kembali sejak Juli,” ungkap Wicaksono saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (23/10).
Meski indikasi perbaikan sudah terlihat di depan mata, pasar ban diperkirakan masih memerlukan waktu cukup panjang untuk bisa pulih 100%. Azis memperkirakan, pasar ban baru akan kembali normal pada akhir tahun 2021 mendatang setelah vaksin berhasil diproduksi dan didistribusikan kepada masyarakat.
Senada, Managing Director PT Bridgestone Tire Indonesia (BTI), Mukiat Sutikno memperkirakan, permintaan ban dari pabrikan otomotif (original equipment manufacturing) domestik hanya akan mencapai kurang lebih separuh dari permintaan tahun lalu, sedang permintaan replacement domestik di sepanjang tahun ini baru akan mencapai 60%-65% dari tahun lalu.
Menurut Mukiat, kondisi yang serba tidak pasti masih berpotensi menahan permintaan pasar ritel di segmen replacement. Akibatnya, meski bertumbuh, kenaikan permintaan yang terjadi diperkirakan masih belum akan terlalu signifikan, sebab pasar masih cenderung ‘wait and see’.
“Kita kan belum keluar dari (situasi) covid-19, jadi orang kan masih was-was apakah nanti ada PSBB ketat lanjutan atau tidak, dan lain-lain,” terang Mukiat kepada Kontan.co.id, Jumat (25/10).
GJTL memperkirakan tren kenaikan permintaan pasar masih akan terus berlangsung di kuartal IV tahun ini. Meski begitu, GJTL memproyeksi tetap akan mencatatkan penurunan penjualan hingga 15%-20% secara tahunan atau year-on-year (yoy) di sepanjang tahun ini.
Menghadapi pasar yang belum pulih 100%, para pelaku usaha telah menyiapkan beragam siasat. BTI misalnya, akan terus berupaya menghemat pengeluaran pada beberapa komponen biaya seperti misalnya biaya perjalanan tim penjualan perusahaan untuk keperluan kunjungan pasar (market visit) serta biaya promosi dan iklan.
Di saat yang sama, perusahaan masih akan terus menjalankan ekspansi pasar untuk menggarap lebih jauh pasar-pasar yang dirasa masih bisa dioptimalkan lebih jauh dengan menggandeng mitra-mitra distributor lokal di pasar domestik. Dengan cara itu, ekspansi tetap bisa dijalankan oleh perusahaan tanpa harus mengeluarkan biaya yang terlalu besar.
GJTL berupaya meningkatkan efisiensi produksi dengan cara mengurangi produksi barang cacat. Tujuannya ialah untuk menghemat biaya pemakaian bahan baku yang terbuang sia-sia akibat memproduksi barang cacat.
Sementara itu, GDYR berupaya memacu penjualan dengan menawarkan promo-promo menarik. Pada Oktober-Desember 2020 ini misalnya, GDYR menawarkan hadiah 1 bumbag untuk setiap pembelian 2 unit Goodyear Eagle F1 Sport semua ukuran. “Bagaimanapun sales harus di-push,” tutur Wicaksono.
Selanjutnya: Kinerja emiten produsen ban terpangkas akibat Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News