Reporter: Agung Hidayat, Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Animo ponsel premium di Indonesia belum meredup. Namun keriuhannya tidak seperti tujuh tahun lalu.
Lihat saja. Kemarin, Apple Inc meluncurkan iPhone 7 menggandeng operator Smartfren. Calon peminatnya tidak seantusias sebelumnya. Tahun 2010, orang rela antre untuk membeli iPhone 4.
Sebagai mitra lokal iPhone yakni Smartfren masih wait and see soal penjualan ponsel iPhone 7. Hal wajar, mengingat peluncuran di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan kelahiran iPhone 7 secara global, yakni September 2016. Jadi ada jeda waktu 7 bulan.
Merzya Fachys, Presiden Direktur PT Smartfren Telecom Tbk, mengungkapkan, penjualan awal tentu saja ramai, tapi pihaknya tidak menargetkan jumlah khusus untuk Iphone 7. "Kami tahu, ini very high end smartphone. Jadi kami tidak muluk-muluk," kata Merzya saat dihubungi KONTAN, Jumat (31/3).
Lee Kang Hyun, Vice President Samsung Electronic Indonesia, mengatakan, animo tinggi biasanya hanya untuk produk Samsung high end. "Bukan semua peluncuran ponsel Samsung seperti itu, biasanya hanya untuk flagship (high end) model saja, ungkap dia kepada KONTAN, Jumat (31/3).
Ia yakin, saat peluncuran Samsung S8 dan S8+ pada Mei 2017 mendatang akan ada kehebohan. "Konsumen bakal gembira dengan desain dan fungsi baru yang kami tawarkan," ujarnya.
Lee yakin, animo tinggi bisa mengerek penjualan. Meski saat ini, konsumen sudah lebih tahu spesifikasi ponsel yang bakal dirilis, lewat internet dan media massa.
Sementara itu, Alexander Rusli, Presiden Direktur PT Indosat Tbk, mengatakan bahwa Indosat masih menggandeng Samsung untuk paket bundling.
Namun dirinya mengakui jarang bekerjasama dengan produk high end karena volume penjualannya kecil. "High end juga biasanya jarang ganti nomor," kata Alexander Rusli saat dihubungi KONTAN, Jumat (31/3).
Ketua Umum Asosiasi Industri Perangkat Telematika Indonesia (AIPTI) Ali Soebroto menjelaskan, animo pre order iPhone 7 tidak seheboh pada saat iPhone 4 meluncur. "Daya beli yang turun menyebabkan konsumen smartphone menahan melakukan hal itu. Pasar mulai jenuh, sedangkan switching ponsel 2G ke 4G yang di harga Rp 1 jutaan tidak perlu pre order," sebut Ali.
Dia menambahkan, masyarakat lebih tertarik dengan program trade in, Mereka bisa menukar ponsel lama dengan yang baru di toko. Konsumen juga lebih suka datang dan membeli langsung setelah produk dirilis dibanding menunggu seperti antrean pada 2010 lalu.
Meski penjualan ponsel premium tidak lagi semarak, peluang penjualan ponsel ini masih ada. Lihat saja data Kementerian Perindustrian, da lima tahun terakhir. Jumlah pelanggan telekomunikasi seluler di Indonesia meningkat empat kali lipat, dari 63 juta menjadi 211 juta pelanggan.
Bahkan, diperkirakan jumlah telepon selular yang beredar di Indonesia sudah 300 juta unit. Melebihi penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta jiwa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News