Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jakarta Urban Propertindo Tbk memprediksi pasar properti masih lesu tahun depan. Meski begitu, emiten dengan kode saham URBN ini tetap optimistis dapat mempertahankan capaian capaian marketing sales, setidaknya sama dengan tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Urban Jakarta Propertindo, Tri Rachman Batara, mengatakan, hingga tutup tahun ini, pihaknya mencatatkan marketing sales tidak jauh berbeda dari capaian hingga kuartal III.
Baca Juga: Tahun depan, Urban Jakarta Propertindo (URBN) mulai kantongi pendapatan berulang
"Kuartal III kurang lebih sekitar Rp 303 miliar, jadi hingga akhir tahun sekitar Rp 400 miliar," ujarnya kepada Kontan.co.id Senin (25/11).
Sedangkan, untuk tahun depan URBN melihat tren properti masih akan berat. Karenanya, perseroan akan berupaya menjaga capaian tahun depan supaya paling tidak bisa mencatatkan hasil yang sama. "Namun, rasanya tidak akan berkurang dibandingkan tahun ini," lanjutnya.
Optimisme tersebut didasarkan komitmen perseroan terus menggenjot pembangunan proyek-proyek eksisting. Selain itu, perseroan juga tengah mendorong pengupayaan pengembangan lot dua di proyek Gateway Park. Hanya saja, untuk konstruksinya, ia menilai baru akan dikembangkan pada 2021.
Baca Juga: Urban Jakarta Propertindo (URBN) siapkan belanja modal Rp 800 miliar tahun depan
Direktur Utama Urban Jakarta Propertindo Paulus Nurwadono mengamini tahun depan pasar properti masih lesu. Menurutnya, hal tersebut lantaran efek dari pengaruh daya beli.
Penilaian itu didasarkan pada proyek yang digarap URBN biasanya terserap 80% dari pengguna langsung, sementara sisanya baru dibeli sama investor. Namun saat ini justru tidak seperti itu.
Akibatnya, untuk meningkatkan kinerja marketing sales pihaknya telah menyiapkan strategi melalui rent to own.
Baca Juga: Rencanakan Proyek TOD baru, URBN bakal akuisisi lahan di Jakarta Timur
Lebih lanjut, ia memaparkan dari skema tersebut pihaknya akan menawarkan propertinya untuk menjadi tempat kos bagi kalangan milenial yang mana 50% dari biaya sewa bulanan sebagai bentuk cicilan uang muka.
Selain dari daya beli, penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 72 juga menjadi tantangan lainnya di tahun depan khususnya pada pencatatan keuangan. Karenanya, diversifikasi dilakukan mengandalkan pendapatan berulang dan manajemen bangunan.
"Kemudian non reccuring bisa jual putus aset kami," tutupnya.
Baca Juga: Urban Jakarta (URBN): Tower I Gateway Park bakal serah terima awal 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News