Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. PT Pasifik Satelit Nusantara tak ciut nyali pasca kehilangan satelit Garuda-1 pada Januari 2015. Perusahaan itu menargetkan, bisa mengantongi pendapatan US$ 50 juta pada tahun 2016.
Target pendapatan tersebut lebih besar 25% ketimbang proyeksi pendapatan tahun 2015. Tahun ini, Pasifik Satelit meyakini, bakal mengantongi pendapatan US$ 40 juta.
Sembari mengejar target 2016, Pasifik Satelit mempersiapkan dua selot orbit yang izin operasinya masih mereka genggam. Pertama, selot 146. Perusahaan itu akan mengisi selot 146 dengan satelit PSN VI yang saat ini masih dalam tahap pabrikasi.
Pembuatan satelit PSN VI menelan dana US$ 225 juta. Target peluncuran satelit itu pada 2017. Pasifik Satelit memproyeksi, keuntungan dari komersialisasi PSN VI bisa mencapai US$ 50 juta per tahun selama 15 tahun.
Kedua, selot 144. Pasifik Satelit berencana mengisi selot dengan satelit PSN VII. Satelit itu masih dalam proses feasibility study. Jadwal peluncuran satelit PSN VII 2020.
Biaya investasi pengadaan PSN VII sebesar US$ 200 juta. Pasifik Satelit memprediksi bisa mengantongi keuntungan US$ 30 juta per tahun selama 15 tahun.
Sampai dengan jadwal peluncuran kedua satelit anyar tadi, Pasifik Satelit akan berburu klien bisnis penyewa satelit. "Kami akan grab pasar dulu sebelum satelit meluncur," ujar Executive Vice President PT Pasifik Satelit Nusantara Dani Indra kepada KONTAN, Minggu (13/12).
Informasi saja, Pasifik Satelit menyewakan satelit ke perusahaan telekomunikasi, perbankan, perkebunan, ritel, pertambangan dan ritel. Penyewa dari sektor telekomunikasi seperti PT Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk dan PT XL Axiata Tbk.
Selain mempersiapkan dua satelit anyar, Pasifik Satelit akan membeli dua satelit bekas. Rentang harga satelit bekas US$ 5 juta - US$ 30 juta, tergantung masa operasional. Sumber dananya dari kas internal, ekuitas dan pinjaman dari perbankan.
Tak cuma itu, Pasifik Satelit juga mencari selot orbit satelit baru. Namun, kemungkinan rencana itu tak bisa mereka realisasikan tahun depan.
Tak heran jika Pasifik Satelit berburu tambahan selot orbit satelit. Maklum, awal tahun ini mereka kehilangan hak pemakaian selot orbit Satelit Geo 123 Bujur Timur (BT), pasca satelit Garuda-1 ngeloyor pergi alias deorbit, meninggalkan selot orbit itu.
Namun atas insiden itu, Pasifik Satelit masih bisa bersyukur karena tak harus membayar ganti rugi kepada para klien bisnis penyewa satelit. Kebetulan peristiwa deorbit bertepatan dengan masa akhir kontrak para klien.
Alasan lain, Pasifik Satelit mengaku pendapatan yang mereka dapatkan dari penyewaan Garuda-1 sejatinya tak besar. Alasan mereka, tak mudah mengomersikan Garuda-1 yang merupakan satelit L Band.
Pasifik Satelit mengantongi pendapatan US$ 25 juta dari menyewakan Garuda-1. "Pendapatannya meleset dari target semula," ujar Dani tanpa menyebutkan target yang semula dibidik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News