Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
Cukup berbeda dengan industri farma, pada industri alat kesehatan, Arief menjelaskan, importasi alkes tercatat senilai Rp 12,5 triliun atau nilainya 5 kali lebih besar daripada pembelanjaan alat kesehatan dalam negeri yang hanya di kisaran Rp 2,9 triliun.
Adapun saat ini, dari 496 jenis alat kesehatan yang ditransaksikan dalam e-katalog pada tahun 2019-2020, hanya 152 jenis alkes yang mampu diproduksi di dalam negeri. Artinya, saat ini alkes baru 31% yang diproduksi dalam negeri dan sisanya, 69% impor.
Lebih lanjut, Arief memaparkan, secara sederhana ada beberapa kelompok alat kesehatan yang saat ini masih banyak dipasok dari luar negeri. Pertama, produk in vitro diagnostics seperti rapid test, antigen, PCR. Kedua, electromedical yang merupakan alat kesehatan dengan teknologi tinggi.
Di sisi lain, saat ini sudah ada produk alkes yang saat ini porsinya sudah 50% diproduksi di dalam negeri, yakni produk Consumble atau barang medis habis pakai seperti benang bedah, masker, dan lainnya.
Baca Juga: Pakai campuran produk impor dan domestik, begini harga tes Covid-19 Kimia Farma
Sedangkan untuk produk alkes yang sudah banyak diproduksi di Indonesia saat ini, di antaranya hospital bed, tiang infus, inkubator, dan lainnya.
Tingginya angka ketergantungan Indonesia terhadap alat kesehatan dari luar negeri, menjadi tantangan yang harus dihadapi pelaku industri lokal. "Ini merupakan tantangan besar bagi pelaku industri alat kesehatan dalam negeri untuk melakukan substitusi impor. Usaha ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor khususnya di industri alkes," kata Arief.
Oleh karenanya, Indofarma sudah menyampaikan kepada pemerintah perihal strategi yang bisa dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor khususnya alat kesehatan dengan teknologi tinggi.
Arief mengungkapkan, pihaknya membuka peluang bagi perusahaan luar negeri yang tertarik untuk membangun atau memindahkan pabrik alat kesehatan ke Indonesia. Nantinya, komponennya secara bertahap akan banyak dipasok dari lokal.
"Demikian juga dengan produk in vitro diagnostics, pemerintah membuka peluang besar jika ada investor tertarik berinvestasi bersama dengan perusahaan dalam negeri. Bahkan pemerintah menyiapkan insentif yang cukup besar untuk itu," kata Arief.
Selanjutnya: Outlook stabil, Bio Farma kantongi peringkat idAAA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News