kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasokan kedelai di Indonesia dinilai masih aman


Sabtu, 09 Januari 2021 / 18:19 WIB
Pasokan kedelai di Indonesia dinilai masih aman
ILUSTRASI. Pengurus Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) menimbang kedelai di Gudang Kopti Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (5/1/2021). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/rwa.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasokan kedelai nasional diperkirakan aman untuk memenuhi kebutuhan kedelai rata-rata 2,5 juta- 2,6 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, 90% dipenuhi oleh kedelai impor dan 10% kedelai lokal. Konsumen tempe dan tahu terbesar di Tanah Air berada di Pulau Jawa 85% dan 15% tersebar di Pulau Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua. 

"Rata-rata importir menyediakan stok 1-2 bulan, jadi aman hingga Februari 2021. Bagaimana setelah itu? Saya perkirakan masih terjaga karena tahun 2021 kondisinya lebih baik dari 2020. Tren data pengapalan kedelai di pelabuhan terus meningkat sejak September hingga Desember 2020 dari 730 ribu ton menjadi 760 ribu ton," ujar Ibnu Eddy Wiyono, Indonesia Country Director Consultant to U.S. Soybean Export Council dalam keterangannya, Sabtu (9/1).

Kenaikan harga kedelai impor dipengaruhi sejumlah faktor global, terutama supply dan demand. Perlu diketahui, Amerika Serikat (AS), Brasil, dan Argentina adalah produsen kedelai terbesar dunia dengan penguasaan pasar 90%.

Baca Juga: Harga sejumlah bahan pangan masih naik, ini kata kementerian Pertanian

"Selain itu, harga komoditas kedelai di Bursa Berjangka Chicago juga naik.  Begitu halnya biaya logistik atau angkutan kapalnya juga naik. Hal ini bisa dipahami karena selama pandemi, kapal-kapal Tiongkok tidak bisa berangkat (pulang pergi) ke Amerika karena lockdown sehingga terjadi delay dan pasokan barang terbatas," ujar Ibnu Eddy Wiyono.

Ada dua penyebab kenaikan harga kedelai di pasar internasional. Pertama,  permintaan (demand) kedelai global. Permintaan Tiongkok terhadap kedelai Amerika meningkat tajam karena beberapa hal. Tiongkok sedang berusaha memenuhi janjinya kepada Presiden Trump untuk membeli kedelai Amerika lebih banyak. Selain itu, Tiongkok membutuhkan banyak kedelai untuk mendukung program peningkatan populasi babi sebanyak130 juta ekor. 

Kedua, kondisi pasokan (supply) kedelai global. Saat ini, hanya Amerika yang sedang panen kedelai dan memiliki cadangan yang cukup untuk diekspor. Musim panas yang terlalu kering dan bencana angin topan mengakibatkan produksi kedelai Amerika lebih rendah dari yang diprediksikan. Di sisi lain, persediaan kedelai di Brazil dan Argentina menipis sehingga harus memenuhi kebutuhan domestik. 

Baca Juga: Soal permasalahan kedelai, ini saran Serikat Petani Indonesia (SPI)

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto sebelumnya telah menyatakan stok kedelai cukup untuk kebutuhan industri tahu dan tempe nasional. Berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sekitar 450.000 ton.

Suhanto mengatakan faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia akibat lonjakan permintaan kedelai dari Tiongkok kepada AS selaku eksportir kedelai terbesar dunia. Pada Desember 2020, permintaan kedelai Tiongkok naik 2 kali lipat dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan AS, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia.

Sebagai gambaran, sejak November 2013 hingga Februari 2020 harga Rp 7.500/kg. Itu berarti selama 7 tahun harganya stabil. Gonjang ganjing baru terjadi saat pandemi Covid-19 Maret 2020 ketika Tiongkok memborong kedelai Amerika dan terjadi gangguan pengiriman kapal karena lockdown atau physical distancing

Baca Juga: Kemendag beberkan penyebab kenaikan harga tahu dan tempe

Akibatnya, stok atau pasokan kedelai di pasaran terbatas. Apalagi harga kedelai di Bursa Chicago biasanya US$ 9/gantang menjadi US$ 13/gantang (1 ton=36 gantang). Dampaknya, harga kedelai di Indonesia pun merangsek dari sekitar Rp 8.000 per kg ke kisaran Rp 9.000/kg sekarang.

Selain itu, perkembangan harga kedelai di Indonesia selama November 2019 - Juli 2020, lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS relatif stabil, bahkan menguat sejak awal Agustus 2020. Sayangnya, harga kedelai di pasar global meningkat tajam sejak Agustus 2020 yang berdampak pada kenaikan harga kedelai di Indonesia.

Ketua Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta, Sutaryo, mengatakan pemerintah telah melakukan operasi pasar di Sentra Semanan Jakarta pada Kamis (7 Januari 2021) sementara operasi di wilayah Jakarta Selatan telah dilakukan sejak Selasa (5 Januari 2021).

Selanjutnya: Pedagang keluhkan harga cabai rawit merah Rp 100.000 per kg, daging sapi Rp 126.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×