kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.849   -29,00   -0,17%
  • IDX 6.441   -0,33   -0,01%
  • KOMPAS100 922   -0,88   -0,10%
  • LQ45 719   -3,76   -0,52%
  • ISSI 203   1,00   0,49%
  • IDX30 376   -1,95   -0,52%
  • IDXHIDIV20 456   -2,37   -0,52%
  • IDX80 104   -0,32   -0,31%
  • IDXV30 111   -0,28   -0,25%
  • IDXQ30 123   -0,53   -0,43%

Colliers: Hotel yang Andalkan Pemerintah Paling Terpukul Efisiensi


Rabu, 16 April 2025 / 06:00 WIB
Colliers: Hotel yang Andalkan Pemerintah Paling Terpukul Efisiensi
ILUSTRASI. Suasana lobi salah satu hotel berbintang di Jakarta.


Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan efisiensi anggaran pemerintah mulai berdampak nyata terhadap kinerja industri perhotelan, khususnya di Jakarta.

Dalam laporan terbarunya, Colliers Indonesia menyebut bahwa hotel-hotel yang selama ini sangat bergantung pada belanja pemerintah menjadi yang paling terdampak.

“Hotel-hotel yang sebelumnya mulai pulih pascapandemi kini kembali menahan laju karena melambatnya belanja pemerintah,” ungkap Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers Indonesia, dalam paparan media, Senin (14/4).

Baca Juga: Industri Perhotelan Terancam PHK Massal, Okupansi Hotel Merosot hingga 20%

Tekanan ini diperburuk oleh penurunan aktivitas bisnis selama Ramadan yang berlangsung pada Maret 2025, sehingga permintaan kamar dari segmen meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) maupun perjalanan dinas ikut merosot.

Menurut Ferry, kuartal I-2025 menjadi periode terlemah bagi industri hotel di Jakarta.

“Tanpa relaksasi atau stimulus dari pemerintah, pasar hotel akan sangat mengandalkan sektor non-pemerintah,” ujarnya.

Okupansi Anjlok, Efisiensi Tak Terelakkan

Dalam survei bersama Horwath dan PHRI terhadap 717 hotel, hanya 40% responden yang merasa terdampak negatif saat kebijakan efisiensi diumumkan pada November 2024.

Namun, pada Januari 2025, angka tersebut melonjak drastis menjadi 83%. Bahkan, 46% hotel mengaku pendapatannya anjlok lebih dari 30%.

Baca Juga: Indonesian Hotel GM Association (IHGMA) Beri Rekomendasi Terkait Efisiensi Perjadin

Imbasnya, sebagian hotel mulai mengambil langkah efisiensi seperti pengurangan jam kerja, pemberlakuan cuti tak dibayar, hingga opsi menutup operasional sementara jika tekanan pasar terus berlanjut.

Meski begitu, pelaku industri masih menaruh harapan akan adanya pemulihan usai Lebaran dan menjelang musim libur pertengahan tahun.

Hotel di Lokasi Strategis Lebih Tahan Banting

Ferry menambahkan, tidak semua hotel mengalami tekanan yang sama. Hotel yang berlokasi di dekat bandara atau kawasan industri seperti pertambangan cenderung lebih tahan terhadap tekanan pasar, karena tidak bergantung pada segmen pemerintah.

Baca Juga: Efek Efisiensi Anggaran, Industri Perhotelan Diproyeksi Lesu pada Ramadan 2025

Sementara itu, Bali juga mulai merasakan dampak dari efisiensi anggaran, meskipun mayoritas pasarnya masih disokong oleh wisatawan rekreasi.

Penurunan tetap terjadi di pasar domestik dan segmen MICE, sehingga diversifikasi pasar menjadi kunci.

“Dengan target 6,5 juta kunjungan wisatawan asing dan 10 juta wisatawan domestik ke Bali, tantangannya cukup besar. Terlebih persaingan dengan Thailand dan Vietnam juga semakin ketat,” kata Ferry.

Selanjutnya: Daya Beli Tergerus, Konsumen Kian Pesimistis

Menarik Dibaca: Promo Minyak Goreng Sunco-Fortune 2 Liter di Indomaret, Berlaku sampai 16 April 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×