Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemulihan sektor perkantoran di Jakarta masih tertahan di kuartal pertama 2025. Berdasarkan laporan Colliers Indonesia yang dirilis dalam paparan media, Senin (14/4), tingkat okupansi gedung perkantoran di kawasan CBD (Central Business District) dan non-CBD masih menunjukkan stagnasi.
Namun ada sinyal positif dari aktivitas tenant sektor teknologi dan fintech (financial technology) yang kembali aktif.
"Okupansi memang belum sepenuhnya pulih. tetapi tenant dari berbagai sektor teknologi mulai kembali aktif. Ada peningkatan aktivitas sewa baru maupun relokasi ke gedung yang lebih berkualitas," ujar Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers Indonesia dalam paparan media, Senin (14/4).
Baca Juga: Pasar Gedung Perkantoran di Jakarta Akan Meningkat Bertahap pada Akhir 2025
Ferry menambahkan, fenomena flight-to-quality menjadi salah satu tren utama di pasar perkantoran saat ini. Sejumlah perusahaan memilih berpindah ke gedung kelas A yang menawarkan fasilitas dan efisiensi lebih baik, dengan harga sewa yang tetap kompetitif.
Hal ini turut memengaruhi dinamika pasar dan memberikan tekanan tambahan bagi gedung dengan spesifikasi lama.
Perpindahan kantor sejumlah tenant ke gedung yang lebih baru atau memiliki fasilitas yang lebih lengkap juga turut mendongkrak aktivitas di pasar. Selain itu, adanya preferensi untuk lokasi dengan akses transportasi publik yang baik menjadi faktor pendorong tingginya permintaan.
Di sisi pasokan, tahun ini pasar tetap akan diwarnai oleh kehadiran gedung-gedung baru, meskipun sebagian pengembang menahan peluncuran proyek baru guna menyesuaikan dengan situasi pasar. Colliers memperkirakan dinamika ini akan menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan hingga akhir tahun.
Baca Juga: Tingkat Keterisian Perkantoran Kawasan CBD Stabil di Angka 70% Sepanjang 2024
Tren lain yang ikut membentuk pasar adalah meningkatnya kebutuhan terhadap fleksibilitas ruang dan efisiensi biaya. Hal ini mendorong sebagian perusahaan untuk mempertimbangkan konsep kantor hybrid atau penggunaan ruang kerja bersama (coworking space).
Dengan lanskap pasar yang terus bergerak, pelaku industri properti tetap harus adaptif dan jeli dalam membaca kebutuhan tenant yang semakin selektif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News