Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Di antaranya Jabodetabek, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Lampung dan Denpasar. “UMKM Indonesia memiliki potensi produk ekspor cerah di pasar regional.
Jaringan dan teknologi kami membuat UMKM tidak perlu repot mengurus proses bea cukai, distribusi dan urusan teknis lainnya,” ujar Syed Ali Ridha Madihid, COO Janio.
Informasi saja, Indonesia tercatat sebagai 10 besar penghasil ekspor produk tekstil dan garmen dengan nilai ekspor Rp US$ 12,4 miliar pada 2017. Ekspor makanan olahan dan kosmetik juga menjadi produk ekspor andalan.
Produk kosmetik lokal Indonesia yang mengusung konsep halal berpotensi menembus transaksi hingga US$ 90 miliar pada tahun 2023.
Baca Juga: Begini nasib industri perbankan di saat pandemi virus corona (Covid-19)
Di tengah pandemi, tren belanja online yang meningkat pesat mampu menolong UMKM agar bisa memacu bisnis di tengah perlambatan ekonomi. Riset Google, Temasek dan Bain & Company bertajuk e-Conomy SEA 2019 menghitung, nilai transaksi (Gross Merchandise Value/GMV) e-commerce di Asia Tenggara diproyeksi mencapai US$ 38 miliar pada tahun ini. Nilainya diperkirakan naik 39 % menjadi US$ 153 miliar pada 2025.
Indonesia diramal menjadi pemain terbesar e-commerce di Asia Tenggara. Laporan terbaru Facebook dan Bain & Company memprediksi Perkembangan pesat e-commerce di Singapura dan Malaysia pun menjadi peluang besar bagi ekspansi ekspor UMKM Indonesia.
Di tahun ini, transaksi e-commerce Singapura diprediksi mencapai US$ 2,7 miliar dan tumbuh berlipat menjadi US$ 3,9 miliar pada 2024. Sementara transaksi e-commerce di Malaysia menembus US$ 4,3 miliar di akhir tahun ini dan meningkat menjadi US$ 5,9 miliar pada 2024.
“Dengan prospek cerah tersebut, jaringan logistik Janio ditargetkan bertambah menjadi 200 rute internasional di 2021,” tambah Syed.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News