kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pedasnya harga cabai masih akan bertahan hingga awal Februari


Minggu, 17 Januari 2021 / 23:09 WIB
Pedasnya harga cabai masih akan bertahan hingga awal Februari
ILUSTRASI. Pedagang memilah cabai yang akan dijual di Pasar Induk Kramat Jati


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga pertengahan Januari, harga cabai masih terus melonjak. Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri pun memproyeksi harga cabai masih akan bertahan tinggi hingga awal Februari.

"Akhir Januari itu ada prediksi panen raya, tetapi [harga] belum akan turun. Menurut saya sampai februari awal masih bertahan tinggi," ujar Abdullah kepada Kontan, Minggu (17/1).

Meski sudah memasuki panen di akhir Januari, Abdullah meyakini proses distribusi cabai tersebut baru akan berlangsung pada awal Februari.

"Jadi untuk Januari [harga cabai] sudah normal, menurut saya belum belum bisa," tambah Abdullah.

Baca Juga: BI perkirakan inflasi Januari 2021 sebesar 0,38%

Adapun, Abdullah menyebut lonjakan harga cabai ini sangat signifikan mengingat harga cabai yang tadinya bisa berkisar Rp 40.000 per kg, saat ini bisa mencapai Rp 90.000 per kg. Kenaikan harga ini memang disebabkan pasokannya yang berkurang.

Abbdullah juga menyebut, saat ini cabai rawit merah yang terlihat mengalami lonjakan paling tinggi, di mana harganya bisa sekitar Rp 85.000 hingga Rp 90.000 per kg.

"Awalnya cabai TW/besar yang tinggi, sekitar Rp 90.000-an. Lalu cabai besar itu konsumsinya menurun setelah natal dan tahun baru. Memang seluruh cabai naik cukup tinggi, tetapi yang menjadi sorotan adalah cabai rawit merah," kata Abdullah.

Adapun, berdasarkan data Informasi Pangan Jakarta, harga rata-rata cabai merah keriting sekitar Rp56.744 per kg, cabai merah besar (TW) sekitar Rp 55.545 per kg, harga cabai rawit merah sebesar Rp 85.978 per kg dan cabai rawit hijau sekitar Rp   67.212 per kg.

Melihat harga cabai yang terus meningkat setiap tahunnya, Abdullah berpendapat bahwa pemerintah bisa melakukan antisipasi dengan memberikan berbagai pendampingan dan menyampaikan edukasi dan informasi kepada petani.

Misalnya, bila terjadi gagal panen, pemerintah bisa meyakinkan petani bahwa hasil panen tersebut masih bisa dibawa ke pabrik untuk diolah atau meyakinkan petani supaya hasil cabai yang diproduksi tidak dijual dengan harga tinggi.

"Ini sebenarnya bisa diantisipasi. Karenanya ke depan, diharapkan jauh lebih efektif. Tidak hanya 3 bulan ke depan, tetapi setahun ke depan sudah dipetakan berapa kira-kira jumlah konsumsi, berapa jumlah produksi. Produksinya yang kurang di wilayah mana itu yang dipush, diberi stimulus agar mereka bisa tetap tanam," katanya.

Sementara iitu, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengatakan bahwa produksi cabai mengalami penurunan karena intensitas hujan yang tinggi. Dia pun berpendapat pada akhir Januari produksi cabai akan mulai banyak dan harga mulai mengalami penurunan di tingkat petani.

Baca Juga: Petani milenial Cilacap panen 40 ton cabai merah

Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan komisi IV DPR pada Rabu (13/1), Prihasto pun menjelaskan beberapa alasan mengapa harga cabai melonjak. Dia mengatakan dari hasil identifikasi di lapangan, beberapa sentra produksi mengalami banjir lantaran musim hujan akibat dampak la nina.

"Kami juga sudah berkunjung ke sentra-sentra tersebut, jadi proses pemasakan buah menjadi lebih lama dan terganggunya jadwal petik," katanya.

Dia juga menyebut faktor lainnya adalah adanya serangan OPT serta petani yang menunda jadwal petik karena adanya libur yang cukup panjang pada natal dan tahun baru.

Adapun berdasarkan data Prognosa Ketersediaan dan kebutuhan Pangan Strategis Nasional pada Januari hingga Maret 2021, Kementan memperkirakan kebutuhan cabai besar sekitar 250.097 ton sementara akan ada produksi sebesar 331.087 ton, sementara kebutuhan cabai rawit hingga Maret 225.017 ton dengan produksi sebesar 291.347 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×