kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.577.000   13.000   0,83%
  • USD/IDR 16.375   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.108   27,96   0,39%
  • KOMPAS100 1.052   -1,07   -0,10%
  • LQ45 828   0,75   0,09%
  • ISSI 212   -0,75   -0,35%
  • IDX30 426   0,83   0,19%
  • IDXHIDIV20 509   1,31   0,26%
  • IDX80 120   -0,25   -0,21%
  • IDXV30 124   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   0,01   0,01%

Pelemahan Rupiah Belum Berdampak Signifikan, Ini Antisipasi Brigit Biofarmaka (OBAT)


Kamis, 16 Januari 2025 / 15:39 WIB
Pelemahan Rupiah Belum Berdampak Signifikan, Ini Antisipasi Brigit Biofarmaka (OBAT)
ILUSTRASI. PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT) mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejauh ini belum berdampak signifikan terhadap operasional perusahaan.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten kesehatan, PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT), yang bergerak di sektor maklon herbal, obat tradisional, kosmetik, dan minuman fungsional, mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejauh ini belum berdampak signifikan terhadap operasional perusahaan.

Menurut Direktur Utama PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk, Is Heriyanto, porsi impor bahan baku untuk produk mereka relatif kecil, berkisar antara 20%-35%. Ini membuat perusahaan lebih tahan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah dibandingkan dengan perusahaan farmasi yang lebih bergantung pada bahan baku kimia impor, yang umumnya mencapai 90%-95%.

Menurutnya perusahaan tidak merasakan dampak yang signifikan karena sebagian besar bahan baku yang digunakan oleh manajemen berasal dari sumber lokal. 

"Kami terus memantau perkembangan nilai tukar untuk memitigasi potensi dampaknya, tetapi sejauh ini kami belum merasakan efek besar pada biaya produksi," ujar Heriyanto kepada KONTAN, Kamis (16/1).

Baca Juga: Listing di Bursa, Brigit Biofarmaka (OBAT) Bidik Laba Tumbuh 20%

Ia juga mencatat bahwa nilai tukar yang ideal bagi industri farmasi Indonesia di 2025 berada di kisaran Rp14.500–Rp15.000 per dolar AS. Pada tingkat ini, keseimbangan antara stabilitas harga bahan baku impor dan daya beli masyarakat dapat terjaga dengan baik. Namun, apabila nilai tukar rupiah melewati angka Rp16.000 per dolar AS, dampaknya terhadap biaya operasional dan beban finansial perusahaan akan semakin signifikan, terutama bagi perusahaan yang memiliki utang dalam dolar AS.

Untuk mengantisipasi kemungkinan nilai tukar yang terus melemah, Brigit Biofarmaka telah menyiapkan sejumlah strategi. Mulai dari diversifikasi sumber bahan baku hingga meningkatkan kerja sama dengan pemasok lokal untuk menggantikan impor bahan baku.

Selain itu, perusahaan melakukan lindung nilai (hedging) untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar terhadap utang dan pembelian bahan baku hingga meningkatkan efisiensi di seluruh lini produksi dan distribusi untuk menekan biaya tambahan.

"Melakukan negosiasi dengan mitra pemasok, menjalin komunikasi intensif dengan pemasok internasional untuk mendapatkan harga lebih kompetitif dan syarat pembayaran yang lebih fleksibel," ungkapnya.

Baca Juga: Brigit Biofarmaka (OBAT) Resmi Melantai di Bursa, Harga Sahamnya Naik 21,14%

Terkait dengan potensi kenaikan harga produk, Is Heriyanto menegaskan bahwa keputusan tersebut akan dipertimbangkan dengan hati-hati.

"Kami berkomitmen untuk menjaga keterjangkauan produk kami bagi masyarakat. Namun, jika situasi terus berlanjut dan mempengaruhi biaya produksi, kami akan melakukan analisis dampak secara menyeluruh. Jika penyesuaian harga diperlukan, kami akan melakukannya secara bertahap dan transparan," paparnya.

Heriyanto tetap optimis, dengan strategi yang matang dan langkah mitigasi yang terencana, perusahaan bisa menjaga stabilitas perusahaan dan tetap menyediakan produk yang berkualitas bagi masyarakat.

Selanjutnya: Respons Laporan Publik, Komdigi Minta Jagat Ubah Fitur Berburu Koin

Menarik Dibaca: 10 Rekomendasi Makanan Sehat Terbaik untuk Penderita Diabetes Konsumsi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×