Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Kebijakan penghematan anggaran yang dikeluarkan oleh Presiden Prabowo Subianto melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 diprediksi akan memberikan dampak terhadap industri penerbangan, terutama bagi maskapai penerbangan milik negara.
Asal tahu saja, dalam Inpres tersebut, salah satu langkah utama adalah pengurangan perjalanan dinas pemerintah hingga 50 persen, yang tentunya berpotensi mempengaruhi okupansi penerbangan.
Namun, Direktur Utama Pelita Air Dendy Kurniawan menilai dampaknya akan relatif terbatas bagi perusahaan. Menurut Dendy, Pelita Air akan berfokus pada penambahan jumlah penumpang untuk tujuan wisata guna mengimbangi penurunan yang mungkin terjadi pada sektor perjalanan dinas pemerintah.
“Mestinya ada dampaknya, tapi tidak banyak, dan kami akan menggenjot penumpang tujuan wisata untuk meng-offset penurunan penumpang perjalanan dinas,” ujar Dendy kepada KONTAN, Rabu (5/2).
Baca Juga: Maskapai Penerbangan BUMN Paling Terdampak Kebijakan Penghematan Anggaran Pemerintah
Di sisi lain, Dendy juga menegaskan bahwa meskipun menghadapi tantangan dari kebijakan ini, Pelita Air tetap optimis untuk terus berkembang. Perusahaan menargetkan untuk menambah enam pesawat pada 2025, sehingga armadanya akan meningkat menjadi total 18 pesawat.
“Insya Allah, kami optimis dapat mencapai target ini,” tambah Dendy. Rencana ini menjadi bagian dari strategi Pelita Air untuk membuka rute baru serta meningkatkan frekuensi penerbangan di rute yang sudah ada, di mana penambahan armada akan sangat mendukung ekspansi tersebut.
Selain itu, kontribusi pemerintah terhadap pendapatan atau okupansi Pelita Air diprediksi tetap signifikan di tahun 2024, meskipun ada kebijakan penghematan anggaran.
Dengan lebih dari 8.000 penerbangan yang didominasi oleh perjalanan dinas pemerintah, Pelita Air tetap optimis dapat mempertahankan jumlah okupansi yang stabil dengan mengoptimalkan potensi pasar lainnya, seperti wisata dan penerbangan domestik.
Pelita Air juga terus berkomitmen untuk memperkuat armada meski pasar pengadaan pesawat menghadapi keterbatasan pasokan. Saat ini, Pelita Air mengoperasikan 12 pesawat Airbus A320, dan meskipun pasar penyewaan pesawat semakin kompetitif, perusahaan optimis dapat menambah armada.
"Kepercayaan dari pemilik pesawat dan dukungan penuh dari Pertamina memberi kami keunggulan dalam proses pengadaan pesawat,” ujar Dendy.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) Bayu Sutanto menyatakan bahwa kebijakan ini akan berdampak besar pada segmen pasar pemerintah yang menjadi salah satu penyumbang besar bagi volume penumpang (pax) maskapai penerbangan BUMN seperti Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air.
Baca Juga: Soal Potensi Penurunan Harga Tiket Saat Lebaran 2025, Ini Kata Erick Thohir
"Segmen pemerintah khususnya perjalanan pemerintah ini jumlahnya lumayan besar 30%-35%. Tentu yang potensi terdampak besar ke maskapai-maskapai BUMN seperti GA/QG dan Pelita Air," ujar Bayu kepada Kontan.co.id, Kamis (30/1).
Menurut Bayu, meskipun sektor perjalanan dinas ini hanya mencakup sebagian dari total perjalanan udara, dampaknya cukup signifikan bagi maskapai-maskapai BUMN yang sebagian besar bergantung pada segmen pemerintah.
Selain itu, pengurangan anggaran untuk perjalanan dinas pemerintah juga akan mempengaruhi sektor perhotelan yang turut terlibat dalam mendukung perjalanan dinas ini.
Baca Juga: Pelita Air Optimistis Tambah 6 Armada Meski Hadapi Tantangan Pasokan Pesawat
Selanjutnya: Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 Meleset, Menko Airlangga Ungkap Alasannya
Menarik Dibaca: Denpasar Cerah Berawan, Wilayah Lain di Bali Masih Diguyur Hujan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News