Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) dan ExxonMobil Oil Indonesia sudah mulai melakukan pembahasan revisi perjanjian operasi bersama (joint operation agreement/JOA) Blok Cepu pada awal Oktober ini. Hal ini dikatakan oleh juru bicara ExxonMobil, Maman Budiman, Jumat (09/10). "Pertemuan sudah kita lakukan dengan pertamina," ujar Maman.
Sayangnya, Maman enggan menyebutkan hasil pertemuan tersebut. Alasannya, pertemuan tersebut baru dilakukan sekali. "Ini kan masih diskusi, jadi kita tidak bisa menjelaskan apa-apa ke media. Tapi, coba tanyakan saja ke Pertamina," kilah Maman.
Namun, keterangan yang dilontarkan Maman itu bertolak belakang dengan penjelasan Basuki Trikora Putra, juru bicara PT Pertamina (Persero). Tiko, sapaan akrab Basuki Trikora, justru menyatakan pihaknya sama sekali belum mengadakan pertemuan dengan ExxonMobil terkait pembahasan revisi JoA tersebut.
"Kami belum ada pertemuan apapun dengan pihak Exxon. Bisa Anda tanyakan kepada mereka (ExxonMobil) poin-poinya, karena Pertamina merasa belum bertemu dengan pihak Exxon," ujar Tiko.
Tiko berujar, dengan kondisi blok Cepu beluma beroperasi penuh, Pertamina meminta adanya pengalihan operator. Sebab, Pertamina sebagai mitra Exxon kecewa lantaran tidak bekerja sesuai target yang mengakibatkan biaya operasional pabrik minyak pelat merah tersebut meningkat. Menurut Tiko, Pertamina siap jika menjadi operator, apabila pemerintah bersedia mengubah perjanjian kerjasama. "Sebenarnya kita cuma ingin blok Cepu beroperasi penuh kembali," jelas dia.
Dihubungi di tempat terpisah, Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BP Migas), R. Priyono, mengungkapkan, pihaknya akan terus memfasilitasi pertemuan antara Pertamina dengan ExxonMobil terkati perubahan JoA tersebut. Untuk itu, ia telah meminta Deputi Pengendalian Operasi, Budi Idianto guna memanggil Pertamina dan ExxonMobil pada pekan depan. "Kita lihat nanti seperti apa, makanya minggu depan kita minta mereka berdua untuk duduk kembali," lanjut Priyono.
Sedangkan soal produksi blok Cepu, Priyono mengatakan sudah mulai meningkat. Produksi lapangan Banyu Urip yang ada di Bojonegoro, Jawa Timur itu berhasil memproduksi sekitar 18.000- 20.000 barel per hari. Priyono menyanggah, jika belum tercapainya target produksi awal bukan karena resovoarnya tetapi karena ada peralatan yang harus diganti.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Budi Idianto, Deputi Pengendalian Operasi bahwa produksi blok Cepu belum stabil. Kemarin, blok Cepu pernah mencapai produksi hingga 20.000 barel. "Tapi cuma selama tiga jam, kemudian harus kita turunkan lagi untuk mengurangi tekanan," jelas Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News