kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah AS alokasikan US$ 38 juta dukung transisi energi Indonesia


Kamis, 09 Desember 2021 / 19:55 WIB
Pemerintah AS alokasikan US$ 38 juta dukung transisi energi Indonesia


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID (U.S. Agency for  International Development) memberikan dukungan penuh terhadap proses transisi energi di Indonesia dengan memberikan bantuan sebesar US$38 juta dalam program SINAR (Sustainable  Energy for Indonesia’s Advancing Resilience).  

“SINAR adalah program 5 tahun dengan program kemitraan senilai US$ 38 juta dengan target  ambisius untuk menarik investasi baru senilai US5 miliar untuk proyek-proyek clean energy di  Indonesia,” jelas Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Sung Y. Kim dalam keterangan resmi, Kamis (9/12). 

Dia menambahkan bahwa program SINAR ini juga diharapkan dapat memberikan pengadaan  listrik dengan energi terbarukan sebanyak 2.000 MW. 

“Setelah dua minggu yang intensif dan padat di COP26 di Glasgow bulan lalu, Amerika Serikat  dan Indonesia bekerja keras bersama untuk memperluas peluang peningkatan konsumsi energi  terbarukan di sini. Kami bangga bermitra dengan Indonesia untuk membantu memenuhi tujuan  dan komitmen Energi Terbarukan,” katanya. 

Baca Juga: Sri Mulyani sebut perlu dana jumbo menuju ekonomi hijau, Indonesia butuh investor

Presiden GE Indonesia Handry  Satriago menyatakan sebagai pemain lama yang memberikan kontribusi 30% pada ketersediaan  listrik nasinal, GE Indonesia terus berinovasi untuk memberikan dukungan terhadap komitmen  pemerintah untuk melipat-gandakan kapasitas energi terbarukan nasional menjadi lebih dari  51% dengan energi bauran menjelang 2030. 

Saat ini, teknologi energi  terbarukan dan energi yang lebih bersih, termasuk turbin gas berbahan bakar hidrogen, yang  akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pembangkit listrik yang berkelanjutan dalam  waktu dekat. 

Dalam mendukung transisi energi dibutuhkan dukungan  para pemangku kepentingan untuk membantu Indonesia  mengurangi emisi gas rumah kaca, di mana Indonesia menargetkan pengurangan emisi sebesar  29% pada tahun 2030, dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Baca Juga: Pemulihan energi membuat permintaan energi meningkat, AMNT dan PHI kebut proyek

Teknologi energi bersih, peluang pendanaan baru, dan target Indonesia untuk menjadikan energi  terbarukan lebih dari 51%  yang berasal bauran energi nasional pada tahun 2030. 

Senior Vice President GE, & President GE International Markets Nabil  Habayeb, menyoroti pentingnya energi gas yang berkelanjutan untuk menciptakan  keseimbangan energi. 

“Sementara energi terbarukan memiliki peran kunci untuk dimainkan, tapi gas akan tetap  menjadi bagian penting dari bauran energi pada tahun 2035 – waktu batas standar emisi baru  yang ditetapkan oleh Paris Agreement untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2  derajat Celcius,” kata Nabil. 

Berbicara tentang tren energi terkini, Nabil menyatakan bahwa, lebih banyak utilitas beralih ke  gas alam dari batu bara dengan kandungan karbon tinggi untuk mengurangi emisi hingga  setengahnya. Banyak juga yang berinvestasi pada turbin gas yang menggunakan hidrogen, serta  teknologi pembangkit listrik terbarukan.

“Bahkan lebih dari sebelumnya, jaringan listrik memainkan peranan penting dalam  mengintegrasikan energi dari berbagai arah dan sumber, mulai dari pembangkit listrik, ladang  angin lepas pantai hingga panel surya,” kata Nabil. 

Membahas teknologi turbin gas baru, Nabil mengatakan pihaknya telah memanfaatkan analitik  dan wawasan yang mendalam untuk teknologi turbin dari divisi aviasi GE selama beberapa  dekade - terutama pengetahuan metalurgi untuk merancang turbin gas yang dapat beroperasi  pada suhu yang jauh lebih tinggi. 

Baca Juga: Indonesia Siap Sambut Tantangan Presidensi G20

“GE telah dan akan terus berupaya memimpin di bidang inovasi gas, sebagaimana turbin gas  kelas-H pertama di Indonesia didatangkan oleh GE untuk menggerakkan proyek-proyek energi  utama di Indonesia,” kata Nabil. 

Turbin-turbin ini akan menggerakkan pembangkit PLTGU Tambak Lorok Blok 3 di Semarang Jawa  Tengah, dan pembangkit PLTGU Jawa 1 IPP di Karawang Jawa Barat, ketika sudah beroperasi  penuh. Kedua pembangkit tersebut akan memainkan peran kunci dalam rencana elektrifikasi  pemerintah Indonesia sebesar 34GW. Turbin-turbin ini juga akan menjadi salah satu pembangkit  siklus gabungan paling efisien di dunia. 

Turbin gas terbaru GE yang dapat menggunakan hidrogen atau campuran hidrogen dan gas adalah Proyek Tallawarra B di Australia yang kini menjadi pelopor di bidang ini. 

“Melalui proyek Tallawarra, terobosan teknologi tenaga angin beserta inovasi lainnya, GE berada  di posisi yang tepat untuk memimpin upaya transisi energi di seluruh dunia. Seiring dengan recana korporasi kami untuk menggabungkan GE Renewable Energy, GE Power dan GE Digital  menjadi satu bisnis, kami yakin kami dapat merancang, dan memberikan, solusi mutakhir lebih  sering dan lebih cepat di masa depan,” jelas Nabil. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×