Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Asal tahu saja, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Investasi Triharyo Soesilo mengungkapkan, mulai awal tahun depan pihaknya akan memfasilitasi akses pendanaan bagi pembangunan smelter yang terkendala biaya.
Menurutnya, berbeda dari bisnis pembangunan pembangkit listrik atau kilang minyak yang telah dikenal pasar, proyek smelter lebih jarang dikenal. Alhasil, pembangunan smelter cenderung lebih sulit dalam mengakses pendanaan.
"Dari masukan banyak pihak, saya mendengar masalahnya pendanaan. Proyek smelter kurang diketahui oleh market, kita akan menjadi fasilitator supaya dikenal publik," ungkap Triharyo.
Baca Juga: Belum penuhi kewajiban DMO, Garda Tujuh Buana (GTBO) andalkan transfer kuota
Lebih lanjut, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengatakan, bantuan berupa akses pendanaan ini akan diprioritaskan kepada proyek smelter yang belum memenuhi pembiayaan alias belum financial close (FC). Terutama, kata Yunus, bagi proyek dengan progres di bawah 40%.
"Kalau sudah FC, otomatis sumber pembiayaan sudah yakin. Tapi yang belum FC apa sih masalahnya? kalau pendanaan, terus kurangnya berapa? nah itu nanti kita fasilitasi," kata Yunus.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, dari total 67 smelter yang direncanakan bisa beroperasi pada 2022, sebanyak 17 smelter sudah beroperasi. Sementara itu, ada 13 smelter yang masih dalam tahap pembangunan dengan progres 40%-90%. Sisanya, ada 37 smelter yang progres proyeknya masih di bawah 40%.
Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) akan fokus pada bisnis hilirisasi pada 2020
Agar bisa dibantu, kata Yunus, perusahaan yang bersangkutan harus terlebih dulu membuat project financing yang jelas. "Kemudian mereka presentasi di hadapan calon investor, nanti kalau tertarik ya kita fasilitasi one on one. Jadi pemerintah hanya memfasilitasi saja," tandas Yunus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News