kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah dorong pembangunan terminal mini LNG di wilayah terpencil


Jumat, 03 Agustus 2018 / 14:20 WIB
Pemerintah dorong pembangunan terminal mini LNG di wilayah terpencil


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong penggunaan gas untuk keperluan dalam negeri. Salah satu caranya dengan mendorong pembangunan terminal mini LNG dengan moda transportasi truk untuk wilayah terpencil yang tidak terjangkau jaringan pipa gas.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto menyatakan, terminal mini LNG sangat tepat digunakan untuk Indonesia yang merupakan negara kepulauan. “Jadi kecil-kecil saja (terminal LNG) karena kan untuk pulau-pulau. Kalau (terminal LNG) yang besar-besar sudah ada FSRU milik Nusantara Regas dan FSRU Lampung,” ujar Djoko dalam keterangan tertulis pada Kamis (2/8) seperti dikutip dari www.migas.esdm.go.id.

Hingga tahun depan, pemerintah menargetkan pembangunan enam terminal mini LNG. Dengan begitu, diharapkan semakin banyak wilayah Indonesia yang terlistriki. 

Pembangunan terminal mini LNG ini rencananya akan dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) di Jayapura, Kendari, Ternate, Nabire dan Flores. Pasokan LNG berasal dari Kilang Bontang. Sedangkan PT PGN akan membangun di Papua dengan LNG yang dipasok dari Kilang Tangguh.

Terminal mini LNG telah digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sambera, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. PLTG Sambera berkapasitas 2×20 MW merupakan pembangkit listrik pertama yang menggunakan regasifikasi LNG dengan moda transportasi truk di Indonesia. Setiap hari, sebanyak 24 truk bergantian mengisi PLTG setiap dua jam sekali.

Dengan masuknya LNG, biaya energi primer yang dihemat sebesar Rp 70 miliar per tahun. Penggunaan LNG juga dapat menurunkan biaya pokok produksi (BPP) pembangkit sebesar 38%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×